Jasih, warga Dusun Rancabulus, RT. 04/03, Desa Rejasari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat, masih bertahan dengan usahanya berternak kelinci yang dirilisnya sejak dua tahun lalu bersama sejumlah rekannya. Meskipun beberapa rekannya memilih menyerah.
Menurutnya, usaha berternak kelinci adalah usaha yang menguntungkan. Selain kelinci terlihat imut dan lucu, air kencing dan kotorannya pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
“Berternak kelinci ini semua bisa jadi uang. Anak kelinci itu lucu, yang baru disapih per ekornya bisa dijual 50 ribu rupiah, tergantung dari jenisnya. Sedangkan, air kencingnya dijual 10 ribu rupiah per liter,” terang Jasih, kepada Koran HR, saat ditemui di kandang kelinci miliknya, Selasa (15/10/2019).
Dia pun mengaku telah menekuni bidang ternak kelinci sekitar 6 tahun, namun sempat berhenti saat istrinya hamil. Kemudian, Jasih merilis kembali usaha berternak kelincinya setelah sang putra lahir.
Usaha di bidang ternak kelinci menjadi pilihannya karena dinilai mudah dan lebih menguntungkan dibanding dengan usaha ternak lainnya. Selain itu, pakannya juga murah dan mudah didapat.
“Berternak kelinci itu mudah, pakannya mudah, bisa beli kangkung, ampas tahu, milet, bahkan cukup mencari rumput di halaman atau pekarangan rumah. Saya bersyukur karena beternak kelinci sangat menjanjikan. Indukannya, anaknya, air kencingnya, bahkan kotorannya bisa jadi uang,” tuturnya.
Lebih lanjut Jasih mengatakan, dua tahun lalu ketika mulai merintis kembali usahanya berternak kelinci, ia harus mengeluarkan modal sebesar Rp 20 juta. Namun, hanya dalam waktu 8 bulan, modal tersebut sudah bisa kembali.
Satu ekor induk betina kelinci rata-rata bisa melahirkan 8 sampai 12 ekor. Untuk memperbanyak ternaknya, Jasih hanya tinggal menghitung berapa induk betina yang harus dipersiapkan.
Jika mempunyai 10 betina kelinci yang masing-masing melahirkan 10 anak, sehingga jumlah anak kelinci bisa mencapai 100 ekor. Kalau 1 ekor anak kelinci dijual Rp 50 ribu, maka dirinya dapat menghasilkan Rp 5 juta. Belum lagi hasil dari penjualan air kencing dan kotorannya.
Sedangkan, dari air kencingnya, per satu liter dihargai Rp 10 ribu. Semakin banyak air kencing kelinci, maka semakin banyak pula pendapatannya. “Dari jumlah kelinci yang saya miliki, pendapatan saya ya sekitar 4 juta rupiah per bulannya,” ungkap Jasih.
Karena sudah menikmati hasilnya dari usaha berternak kelinci, Jasih pun bertekad akan terus mengembangkan usahanya tersebut. Saat ini dirinya juga sudah mulai melengkapi dengan berbagai jenis kelinci hias maupun pedaging, silangan dan jenis lain. (Sugeng/Koran-HR)