Sejarah masker bisa jadi berawal dari upaya menjauhkan bahaya polusi bagi kesehatan tubuh, tapi seiring perkembangan zaman terutama teknologi, membuat pengguna masker menjadikannya sebagai trend fashion.
Masker sebenarnya hanya aksesoris sehari-hari yang biasa digunakan di sejumlah negara Asia, terutama negara dengan polusi udara yang tinggi, sebut saja Cina, Korea Selatan sampai Jepang.
Masker di Jepang disebut memiliki sejarah paling panjang di antara ketiga negara di Asia tersebut. Dikutip dari Quartz, masyarakat Jepang mengenakan masker untuk mencegah terinfeksi wabah influenza yang saat itu telah membuat 40 juta orang meninggal dari seluruh dunia.
Berlanjut tahun 1923, saat Jepang dilanda gempa Kanto, akibatnya kulitas udara memburuk selama beberapa bulan. Hal itu disusul dengan mewabahnya kembali influenza 10 tahun setelah gempa tersebut. Masker kembali populer saat itu.
Sejarah masker di Jepang berlanjut kala Perang Dunia II usai, sejumlah proyek pembangunan di Jepang kemudian mengakibatkan kualitas udara kembali memburuk, seiring dengan itu, banyak masyarakat Jepang yang bergantung pada masker dalam rangka menjaga kesehatan.
Saat ini, ancaman penyakit seperti influenza dan juga polusi udara akibat proyek-proyek pembangunan telah reda, namun masih ada yang mengenakan masker, terutama kaum muda.
Japan Today pernah melaporkan alasan dari penggunaan masker oleh sejumlah anak muda di Jepang. Rupanya bukan sekedar agar terhindar dari penyakit, namun karena alasan lainnya seperti menghangatkan wajah, sengaja menyembunyikan ekspresi wajah, sampai untuk menghindari obrolan dengan orang lain.
Baca Juga: Kebiasaan yang Salah dalam Penggunaan Masker Picu Infeksi Pernafasan
Penggunaan masker yang jadi trend, membuat sejumlah produsen masker kesehatan meluncurkan koleksi masker yang dihiasi manik-manik. Bahkan Unicharm, salah satu produsen masker di Jepang merilis masker yang tidak mudah kena noda lisptik.
Bukan itu saja, dalam sejarah masker perlu dicatat juga, Unicharm ini memberi sejumlah saran untuk menyesuaikan masker dengan gaya busana sehari-hari.
Para selebritas kemudian juga ikut meramaikan bisnis masker di Jepang. Seperti Zawachin yang dikenal sebagai penata rias AKB48. Dia mengeluarkan masker yang diklaim mampu memberi efek tirus pada wajah.
Beranjak ke Cina, masker dijadikan ladang bisnis oleh salah satu perusahaan retail online terbesar di Cina. Perusahaan tersebut disebut dalam South China Morning Post telah menjual ratusan ribu masker. Uniknya masker tersebut diklaim bisa menangkal partikel PM2,5.
Tak sedikit penjual masker yang mengambil kesempatan tersebut. Salah seorang pedagang bahkan menyebutkan, dirinya bisa menjual lebih dari 10.000 masker dalam beberapa minggu selama festival musim semi berlangsung.
Kesuksesan penjualan masker di Cina disusul oleh produsen masker lainnya. Airpop, salah satu perusahaan asal Cina bahkan bekerjasama dengan Hong Kong Polytechnic University. Kerja sama tersebut menghasilkan desain masker yang disesuaikan dengan bentuk wajah orang Asia.
Masker tersebut kemudian dikembangkan dalam beberapa varian baik bentuk maupun warnanya. Masker ini dijual dengan harga $50 atau setara dengan Rp 700 ribu.
Chris Hosmer, pendiri Airpop bahkan menyebut masa depan masker tidak hanya sebatas ragam desain. Chris yakin masker ini bisa jadi alat pendeteksi bakteri.
Sejarah Masker di Dunia Barat
Dari Asia sejarah masker selanjutnya beralih ke sejumlah negara di Amerika dan Eropa, bahkan ke Selandia Baru. Sejumlah pengusaha di negara-negara tersebut mulai melirik bisnis masker yang dianggap cukup potensial.
Salah satunya disebutkan di laman Vox, adalah perusahaan asal California Utara, Amerika Serikat, Vogmask, yang mengeluarkan masker dan jadi salah satu yang paling laris di Asia.
Pendiri Vogmask, Marc Brown, menyebut ide penjualan masker muncul sejak tahun 2011. Sejak saat itu, pendapatan Vogmask meningkat 10%.
Kini perusahaan masker ini bakal memoles produknya hingga dikenal sebagai masker kesehatan kelas premium. Masker kesehatan keluaran Vogmask ini bakal tersedia dalam beraneka ragam warna dan juga motif.
Dikutip dari laman Vox, Christian Xu, salah seorang peneliti tren budaya AS dan Cina, memprediksi masker nantiknya bakal setara dengan kacamata hitam dengan bentuknya yang beraneka ragam, begitupun dengan harganya.
Hal ini dikemukakan Xu setelah dirinya melihat Supreme dan Off White brand fashion ternama mengeluarkan koleksi masker gaya.
Sejarah masker memulai babak baru ketika banyak pengusaha asal USA yang tertarik dengan bisnis masker gaya ini. Sejumlah pengusaha rela banting setir berjualan masker setelah trend penggunaan masker meningkat seiring penggunaan masker untuk menghindari virus.
Bagaimana dengan sejarah masker di Indonesia? Awalnya orang biasa menggunakan masker saat bepergian dengan mengendarai sepeda motor. Polusi jalanan perlu ditangkal dengan masker.
Masker juga lazim digunakan oleh sejumlah tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat dan pekerja medis lainnya. Ditambah kabut asap di sejumlah daerah seperti Riau dan Kalimantan, penggunaan masker menjadi kewajiban.
Namun di luar itu, masker juga terlihat dikenakan di berbagai kesempatan oleh sejumlah perempuan. Tujuannya? Tentu saja bukan hanya sebatas menghindari penyakit akibat polusi, namun bagian dari gaya fashion tertentu. Tidak percaya? Anda bisa cek feed Instagram sekarang juga! (Ndu/R7/HR-Online)