Media sosial jadi incaran siber, dan mirisnya Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar sebagai pencetus serangan siber, selain AS, Rusia, Filipina, dan Inggris. Tingkat serangan yang sangat tinggi pada login media sosial menunjukkan banyaknya akun media sosial yang dikompromikan oleh para peretas.
Berdasarkan informasi yang diterima HR Online dari ESET Indonesia sebagai perusahaan keamanan TI, bahwa saat ini ekonomi digital sudah mengarah ke ekosistem yang terhubung secara global, dan pada akhirnya menjadi incaran siber.
Satu konsekuensi yang tidak disengaja dari pertumbuhan digital adalah meningkatnya penipuan serta penyalahgunaan online secara cepat. Globalisasi internet telah mempermudah semua orang di seluruh dunia untuk bisa saling terhubung melalui media sosial, platform game, atau pasar digital.
Penyebab Media Sosial Jadi Incaran Siber
Media sosial jadi incaran siber karena kelancaran konektivitas memudahkan untuk melancarkan serangan otomatis secara teroganisir dalam skala besar, yang berpengaruh terhadap bisnis di seluruh dunia.
Serangan tersebut tergambar dengan jelas dari hasil studi Arkose Labs 2019, bahwa 1 dari 10 transaksi yang mencakup pendaftaran akun, login, serta pembayaran dari layanan keuangan, e-commerce, perjalanan, media sosial, industri game, dan hiburan dari total 1,2 miliar transaksi merupakan serangan siber.
Media Sosial Pengaruhi Ekonomi Digital
Platform media sosial menjadi kian berpengaruh dalam ekonomi digital yang memungkinkan konsumen terhubung dengan orang lain, berbagi informasi, pendapat pribadi, membuat keputusan pembelian, menulis ulasan, serta mengonsumsi informasi.
Dari serangan pengambilalihan akun, serangan penipuan dengan masifnya pembuatan akun palsu, hingga spam, serta penyalahgunaan platform media sosial, itu terlihat dari beragamnya serangan bot dan kelompok peretas yang terorganisir. Tetapi, lebih dari 75 persen serangan di media sosial merupakan serangan bot otomatis.
50 Persen Login Media Sosial Palsu
Tidak seperti di sektor lain, serangan pengambilalihan akun lebih sering kali terjadi di media sosial dengan upaya login. Pada login media sosial ini didorong oleh penipu yang ingin memanen data pribadi dari akun pengguna yang sah.
Tingkat serangan yang sangat tinggi pada login media sosial menunjukkan betapa banyaknya akun media sosial yang dikompromikan oleh para peretas. Karena, lebih dari 50 persen login media sosial ternyata palsu.
Mereka menggunakan bot skala besar untuk meluncurkan serangan pada platform media sosial dengan tujuan menyebarkan spam, mencuri informasi, menyebarkan propaganda sosial, serta melaksanakan kampanye social engineering yang menargetkan pengguna.
Indonesia Posisi Teratas Pencetus Serangan Siber
Mirisnya lagi, dari laporan tersebut, Rusia, AS, Inggris, Filipina, dan Indonesia menempati posisi teratas sebagai pencetus serangan siber, dengan Filipina sebagai pencetus serangan terbesar untuk serangan otomatis.
Analisis lebih lanjut menemukan sebagian besar serangan dari Tiongkok (59,3 persen) didorong oleh manusia, atau empat kali lebih tinggi dibanding Rusia, AS, Inggris, Filipina, dan Indonesia.
Penipuan di Media Sosial
Contoh kasus media sosial jadi incaran siber yang paling nyata dan masih terjadi di Indonesia adalah penipuan media sosial dengan menawarkan hadiah ponsel secara gratis. Setiap orang pasti suka dengan sesuatu yang diperoleh secara gratis, dan justru karena disukai itulah maka pendekatan ini digunakan oleh para pelaku untuk tujuan penipuan.
Dalam kasus tersebut, biasanya warganet diiming-imingi hadiah berupa smartphone dengan cara mengisi data personal yang lengkap. Data inilah yang kemudian dimanfaatkan, dijual, atau digunakan sendiri untuk meretas akun korban secara kasar.
Melawan Penipuan di Media Sosial
Ikut sertanya warganet Indonesia terlibat dalam kegiatan kriminal yang memanfaatkan media sosial, sehingga media sosial jadi incaran siber dan Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar serangan tersebut, tentunya menjadi keprihatinan bersama. Banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan oleh semua pemangku wewenang dunia siber di Tanah Air, termasuk institusi pendidikan.
“Penipuan di media sosial menargetkan orang-orang dari semua latar belakang, usia, dan tingkat pendapatan. Tak ada satu kelompok orang yang lebih cenderung menjadi korban penipuan, semua orang rentan terhadap penipuan pada suatu waktu,” ungkap IT Security Consultan PT Prosperita-ESET Indonesia, Yudhi Kukuh.
Ia juga menjelaskan, penipuan berhasil karena mereka terlihat seperti hal yang nyata dan membuat orang lengah. Scammers semakin pintar dalam memanfaatkan teknologi baru, produk atau layanan baru, dan peristiwa besar untuk membuat cerita yang dapat dipercaya untuk meyakinkan banyak orang. Hal ini agar memberi mereka uang atau informasi pribadi secara detail.
Untuk menghadapi ancaman siber melalui media sosial, pihak keamanan ESET memberikan beberapa tips agar tidak menjadi korban penipuan berikutnya akibat media sosial.
Tips Agar Terhindar dari Penipuan di Media Sosial
Berhati-hatilah dengan seberapa banyak informasi pribadi yang Anda bagikan di situs media sosial. Penipu dapat menggunakan informasi dan gambar Anda untuk membuat identitas palsu atau menargetkan Anda dengan penipuan.
Tinjau pengaturan privasi dan keamanan di media sosial. Jika Anda menggunakan situs jejaring sosial, seperti Facebook, berhati-hatilah dengan siapa terhubung dan pelajari cara menggunakan pengaturan privasi dan keamanan untuk memastikan tetap aman. Karena saat ini media sosial jadi incaran siber.
Waspada dengan Kontak Tak Dikenal
Waspada saat berurusan dengan kontak yang tidak dikenal dari orang atau bisnis, apakah itu melalui telepon, melalui surat, email, secara langsung, atau di situs jejaring sosial, selalu pertimbangkan kemungkinan bahwa pendekatan itu mungkin scam.
Cari tahu dengan siapa berhadapan. Jika Anda hanya pernah bertemu seseorang secara online atau tidak yakin dengan legitimasi bisnisnya, luangkan waktu untuk melakukan sedikit riset lebih lanjut.
Pencarian Gambar Google
Lakukan pencarian gambar Google di foto atau cari di internet apakah ada orang lain yang mungkin pernah berurusan dengan mereka. Jika sebuah pesan atau email berasal dari seorang teman dan tampaknya tidak biasa atau tidak sesuai dengan karakter mereka, hubungi teman Anda secara langsung untuk memeriksa apakah sebenarnya mereka yang mengirimnya.
Akibat media sosial jadi incaran siber, maka Anda jangan membuka teks yang mencurigakan, pop-up windows atau klik tautan atau lampiran dalam email. Hapuslah jika tidak yakin, verifikasi identitas kontak melalui sumber independen seperti buku telepon atau pencarian online. Jangan gunakan detail kontak yang disediakan dalam pesan yang dikirimkan kepada Anda.
Amankan Perangkat Seluler dan Komputer
Karena media sosial jadi incaran siber, maka amankanlah perangkat seluler dan komputer Anda. Selalu gunakan perlindungan kata sandi, jangan berbagi akses dengan orang lain termasuk dari jarak jauh, perbarui perangkat lunak keamanan dan buat cadangan data.
Lindungi jaringan WiFi dengan kata sandi dan hindari menggunakan komputer umum atau hotspot WiFi untuk mengakses akun perbankan online, atau memberikan informasi pribadi.
Hati-hati saat Belanja Online
Waspadalah terhadap penawaran yang tampaknya too good to be true, dan selalu gunakan layanan belanja online yang Anda kenal dan percayai.
Kemudian, jangan pernah mengirim uang atau memberikan detail kartu kredit, detail akun online, atau salinan dokumen pribadi kepada siapa pun yang tidak Anda kenal atau percayai. Jangan setuju untuk mentransfer uang atau barang untuk orang lain: pencucian uang adalah tindak pidana. (Eva/R3/HR-Online)