Malam 1 Sura atau malam 1 Muharam pada tahun baru Islam, kerap dianggap sakral dan sebagai momen bernuansa mistis bagi sebagian orang karena mitos-mitos yang menyelimutinya.
Bagi umat Islam, 1 Muharam adalah tanggal yang penting untuk memperingati hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Tahun Baru Islam 1441 Hijriyah atau 1 Muharram jatuh pada hari Minggu (01/09/2019).
Asal-usul Malam 1 Sura
Dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (31/08/2019), nama Sura diciptakan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645) sejak kerajaan Mataram Islam.
Konon, kalender Saka (kalender Jawa dan Hindu) ingin diubah oleh Sultan dengan tujuan untuk bisa sepadan dengan penanggalan Islam.
Di balik itu, Sultan Agung juga ingin menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat berbeda keyakinan, yakni penganut Kejawen (keperayaan orang Jawa) dengan Putihan (kepercayaan Islam).
1 Sura = 1 Muharam
Apa yang dilakukan Sultan Agung itu tak lepas dari kalender Saka dan Hijriah yang memiliki korelasi, di mana kalender Saka berbasis sistem lunar atau matahari, sementara Hijriah menggunakan pergerakan bulan sebagai patokannya.
Hasilnya, Sultan Agung menetapkan satu Sura (dibaca Suro) sebagai hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura.
Hal itu pun berbarengan dengan 1 Muharam pada kalender Hijriah yang juga merupakan awal penanggalan Islam. Itu artinya 1 Sura sama dengan 1 Muharam, dan masih berlaku hingga sekarang.
Berbagai Ritual Malam 1 Sura
Satu Sura merupakan hari pertama dalam penanggalan Jawa yang juga diperingati sebagai malam tahun barunya orang Jawa.
Biasanya malam satu Sura diperingati setelah Magrib pada hari sebelum tanggal 1 pada kalender Jawa atau pun Hijriah, karena pergantian hari dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.
Momen tersebut berbeda dengan malam tahun baru kalender Masehi yang biasanya dipenuhi dengan kemeriahan, seperti meniup terompet atau arak-arakan di jalan, dan pesta kembang api.
Pergantian tahun baru Jawa yang jatuh tiap malam satu Sura ini tidak disambut dengan kemeriahan, tetapi diperingati dengan berbagai ritual sebagai bentuk introspeksi diri.
Malam satu Sura dipercaya sebagai datangnya Aji Saka ke Pulau Jawa yang dapat membebaskan rakyat dari genggaman makhluk gaib.
Dipercaya Membawa Keberkahan
Bagi masyarakat Jawa, khususnya Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon tidak akan melewatkan ritual rutinnya setiap tahun untuk memperingati malam yang sakral itu.
Mengelilingi benteng keraton, memandikan benda-benda pusaka, mandi kembang, berendam di kali, dan mengarak kerbau bule merupakan beberapa ritual yang dilakukan, dan dipercaya membawa keberkahan.
Tak hanya dianggap membawa berkah, malam satu Sura juga dianggap membawa sial bagi mereka yang melanggar pantangan menurut kepercayaan masyarakat setempat.
Mitos Malam 1 Sura
Malam ini diyakini sebagai malam yang sangat sakral dan berkaitan dengan hal-hal mistis serta penuh misteri. Berikut ini beberapa hal misteri yang dipercaya pada 1 Sura.
Tak Boleh Keluar Rumah
Saat malam 1 Sura, masyarakat Jawa percaya lebih baik berdiam diri di dalam rumah. Karena, kalau pergi keluar maka kesialan dan hal buruk lainnya bisa saja menimpa.
Tidak Boleh Berbicara
Sejumlah orang memilih untuk melakukan ritual masing-masing saat 1 Sura. Beberapa orang di antaranya melakukan tapa bisu.
Ritual tapa bisu yakni mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta sangat dipantang untuk berbicara satu kata pun. Makan, minum dan merokok juga sangat dilarang untuk dilakukan saat ritual tapa bisu.
Mengadakan Pesta Pernikahan
Sebuah pantangan bagi budaya Jawa jika orang tua menikahkan anaknya pada bulan Sura. Kepercayaan mereka mengatakan, jika tetap dilakukan maka keluarga akan mendapat kesialan.
Beberapa juga mengatakan kalau hal itu hanyalah mitos belaka. Alasanya, jika masyarakat mengadakan pesta pada malam Sura dianggap menyaingi ritual keraton yang akan dirasa sepi.
Selain pesta pernikahan, pesta lainnya seperti sunatan juga dilarang. Hingga sekarang mitos tersebut masih dipercaya oleh masyarakat Jawa.
Melakukan Pindah Rumah
Menurut Primbon orang Jawa ada yang disebut hari baik dan hari buruk. Sebagian orang percaya untuk tidak melakukan pindahan rumah ketika malam satu Sura lantaran dianggap bukan hari baik.
Sedangkan, menurut agama Islam semua hari adalah baik, dan menurut kepercayaan dalam sejarah, tradisi malam satu Sura sebenarnya menitikberatkan pada ketenteraman serta keselamatan batin.
Di Indonesia memang ada berbagai banyak cara yang dilakukan untuk memperingati 1 Muharam atau 1 Sura, seperti berdo’a dan menyantuni anak yatim.
Ada juga yang melakukan pawai obor di beberapa daerah, dan di masyarakat Jawa merayakan ritual malam 1 Sura.
Semua itu menandakan beragam budaya dan adat tradisi yang dimiliki oleh Indonesia masih digenggam erat oleh masyarakat. (Eva/R3/HR-Online)