Jika Anda punya kebiasaan membunyikan leher saat pegal sebaiknya segera dihentikan. Hal itu bisa fatal bagi kesehatan, bahkan berisiko kematian. Pasalnya, leher merupakan bagian tubuh yang harus dijaga lantaran di dalamnya ada organ vital yang punya banyak fungsi.
Rasa pegal yang hilang karena kebiasaan membunyikan leher ini hanya berlaku untuk waktu sementara saja. Namun di balik itu akan terdapat banyak konsekuensi jangka panjang jika Anda sering melakukan hal ini.
Karena, bunyi yang dihasilkan itu sebenarnya disebabkan adanya pemisahan sementara permukaan sendi yang mengakibatkan udara masuk, sehingga gelembungnya meletus saat bagian sendi terputar.
Dirangkum HR Online dari berbagai sumber, Rabu (11/09/2019), berikut ini penjelasan medis mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat dari kebiasaan tersebut.
Bahaya dari Kebiasaan Membunyikan Leher
Tulang Belakang Leher
Bila retak, patah, dan dislokasi, maka tulang leher pun menjadi tidak stabil, dan sumsum tulang di dalamnya juga mengalami cedera. Padahal, sumsum tulang itu merupakan kumpulan semua saraf pusat dari dan atau menuju otak, maupun dari atau ke organ tubuh di bawah leher.
Selain berhentinya napas, dampak fatal dari gangguan akibat cederanya sumsum tulang belakang di daerah leher bisa mengakibatkan kelumpuhan tangan dan kaki, ketidakmampuan buang air besar dan buang air kecil, dan fungsi organ-organ lain di bawah leher menjadi terganggu.
Kalau saraf tulang belakang mati, mungkin jantung masih dapat bertahan jika dibantu oleh obat-obatan pemacu jantung dan paru-paru untuk mendapat pernapasan mekanis ventilator. Kondisi seperti ini biasanya disebut sebagai mati batang otak.
Sedangkan, bahaya dari retaknya tulang belakang leher bisa menyebabkan robeknya pembuluh darah arteri vertebralis bagian kiri dan kanan yang terdapat di dalam tulang belakang leher. Pembuluh darah arteri ini yang memasok darah ke otak bagian belakang.
Apabila pasokan darah hilang akibat kedua pembuluh darahnya robek, maka hal ini akan menyebabkan kerusakan otak, pingsan, napas terhenti, dan meninggal.
Jika Anda mempunyai masalah nyeri leher, pinggang dan punggung, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, spesialis ortopedi, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, atau ke dokter umum dan fisioterapis.
Pembuluh Darah Arteri Karotis
Jika kedua pembuluh arteri karotis terpotong, maka pasokan darah ke otak terhenti dan mengakibatkan tidak adanya oksigen yang dipasok ke otak. Hal ini bisa menyebabkan pingsan, napas berhenti, atau meninggal dunia.
Melemahkan Ligmen
Walaupun tidak semua kebiasaan membunyikan leher berdampak pada stroke, namun hal ini jelas bakal melemahkan ligamen. Sebab, sobekan sementara serta masuknya udara dapat mengendorkan kekuatannya.
Dalam hal ini, ligmen berfungsi untuk menyatukan tulang leher serta tulang punggung. Bukan hanya itu, jaringan ikat pada sendi juga akan memudahkan perputaran serta gerakan lainnya pada leher.
Kalau kekuatan ligamen kian longgar, maka cidera akan semakin rentan terjadi. Dari beberapa cedera yang dialami adalah osteoartritis atau munculnya tonjolan tulang pada permukaan sendi. Karena, ligamen yang lemah bisa mengganggu produksi cairan sendinya. Kondisi ini akan berdampak pada terbatasnya pergerakan sendi secara permanen.
Stroke
Meskipun pemisahan permukaan sendi bersifat sementara, namun kebiasaan membunyikan leher bisa menyebabkan sobekan kecil pada arteri. Sobekan tersebut berisiko terbentuknya gumpalan darah.
Gumpalan darah ini bisa mengalir ke seluruh peredaran darah di dalam tubuh yang tidak dapat terkontrol. Akibatnya, gumpalan berkelana dan berdiam hingga menghadang jalur aliran darah normal, utamanya pada bagian leher.
Di bagian leher sendiri terdapat gabungan dua arteri utama, atau biasa disebut arteri vertebral. Gabungan dua arteri tersebut akan membentuk arteri basilar yang berfungsi mengalirkan darah ke otak bagian belakang.
Kalau penghambatan aliran darah itu sampai ke aliran darah ini, maka risiko yang bisa terjadi adalah terkena stroke.
Trakea
Jika trakea dipotong atau mengalami penyumbatan, maka pasokan aliran udara ke paru-paru juga bakal terhenti. Karena dalam beberapa menit organ tubuh akan kekurangan oksigen.
Padahal, otak merupakan organ yang paling rentan terganggu, detak jantung berhenti, kemudian meninggal. Hal ini bisa terjadi hanya dalam beberapa menit hingga belasan menit saja. (Eva/R3/HR-Online)