Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Kemarau panjang di Kabupaten Pangandaran tidak hanya dikeluhkan oleh sebagian warga yang membutuhkan air bersih, namun juga para petani yang sawahnya kini sudah mengering mengalami gagal panen.
Kepala Desa Pejaten, Kecamatan Sidamulih, Kostaman, mengatakan, hampir seluruh sawah di wilayahnya merupakan jenis sawah tadah hujan. Sehingga, saat kemarau panjang ini para petani tak bisa berbuat banyak untuk mengolah lahannya.
“Secara keseluruhan sawah di sini itu sekitar 96 hektar. Dari jumlah tersebut, 30 hektar di antaranya normal bisa panen seperti biasa karena tanam di awal. Sedangkan sisanya mengalami gagal panen,” kata Kostaman kepada Koran HR, Selasa (27/8/2019).
Dampak gagal panen tersebut, lanjut Kostaman, menimbulkan kerugian sangat besar bagi para petani. Apalagi, irigasi yang melintas areal pesawahan tidak bisa dimanfaatkan sama sekali karena kering.
“Tentu saja ini membuat warga yang mayoritas petani kebingungan. Di sini petani tercatat sekitar 2 ribu warga,” katanya.
Rodikin, salah satu warga, mengatakan, padi yang sudah ditanam 4 bulan lalu mengalami gagal panen. Saat ditanam beberapa bulan lalu, air masih ada. Namun setelah itu air tiba-tiba menghilang dan tanah menjadi kering.
“Karena tidak ada air, maka pertumbuhan padi pun tidak normal hingga membuat gagal panen. Tidak hanya punya saya saja, punya petani lain juga begitu,” katanya.
Total kerugian tersebut, lanjut Rodikin, seluas 100 bata bisa memanen sekitar 1 ton padi atau jika diuangkan mencpai Rp 4 juta. Sedangkan yang gagal panen mencapai 66 hektar.
“Tinggal hitung saja itu kerugiannya. Kita harap adanya bantuan mesin pompa dari pemerintah agar bisa meminimalisir gagal panen seperti ini,” pungkasnya. (Entang/Koran HR)