Gempa sesar aktif di Indonesia yang perlu diwaspadai masyarakat, selain ancaman gempa besar yang diakibatkan oleh lempeng Megathrust. Pasalnya, sesar aktif bersumber di daratan dan berdekatan dengan kawasan tempat tinggal warga.
Menurut BMKG, ditinjau dari frekuensi kejadian gempa, maka sumber gempa sesar aktif sering terjadi hingga menimbulkan kerusakan dan korban jiwa, dibandingkan megathrust yang sebenarnya jarang terjadi.
Dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/08/2019), wilayah Indonesia yang berada di antara Ring of Fire membuatnya rentan terhadap bencana, terutama gempa bumi.
Dalam buku Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) 2017 disebutkan bahwa, sumber gempa dari segmen megathrust jumlahnya hanya 16 segmen.
Sedangkan, jumlah segmen sumber gempa sesar aktif yang dimiliki di Indonesia lebih dari 295 sesar aktif.
Gempa Besar
Contoh gempa besar yang berpusat di darat seperti terjadi di Yogyakarta tahun 2006, kemudian gempa Pidie Jaya tahun 2016, gempa Lombok dan Palu tahun 2018 telah terbukti mengakibatkan kerusakan hebat.
Gempa tersebut selain menelan banyak korban jiwa, juga menimbulkan kerugian yang sangat besar karena pusatnya berada di daratan dekat dengan permukiman masyarakat.
Gempa dahsyat itu dipicu oleh sumber gempa sesar aktif, bukan dari sumber gempa megathrust. BMKG mengimbau kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Jangan sampai sesar aktif sebagai sumber gempa terlupakan dan terabaikan.
Pasalnya, sumber gempa sesar aktif tidak kalah membahayakan dibandingkan dengan gempa megathrust.
Kerusakan Akibat Gempa
Sesar aktif dan megathrust sama-sama memicu terjadinya gempa dahsyat. Namun, ada sedikit perbedaan, yang mana sumber gempa megathrust bisa memicu gempa hingga mencapai magnitudo 8-9.
Sedangkan, sumber gempa sesar aktif paling tinggi rata-rata hanya mampu memicu gempa dengan magnitudo 7,5.
Meski begitu, tingkat kerusakan akibat gempa yang ditimbulkan tak hanya tergantung pada berapa besar magnitudo, tapi juga jarak dengan episentrum, serta kondisi geologi lokal.
Fenomena seperti itu dikenal sebagai local site effect akibat adanya lapisan material sedimen halus atau tanah lunak, yang mana ketika terjadi gempa akan mengalami resonansi hingga memperbesar guncangan atau amplifikasi gempa.
Sehingga, di kawasan tanah lunak, efek gempa akan lebih dahsyat, bahkan bisa memicu likuefaksi.
Namun, tingginya risiko bencana sebetulnya dapat ditekan sekecil mungkin dengan upaya mitigasi. Salah satunya merealisasikan bangunan tahan gempa bumi.
Mitigasi Bencana
BMKG juga menegaskan, selain melakukan penataan ruang pantai yang aman tsunami, hal yang perlu dilakukan adalah memastikan semua masyarakat pesisir memahami konsep evakuasi mandiri, dengan menjadikan gempa kuat di pantai sebagai peringatan dini tsunami.
Bencana gempa bumi dan tsunami adalah sebuah keniscayaan di Indonesia, terpenting dan harus dibangun adalah mitigasi, kesiapsiagaan, kapasitas stakeholder, dan masyarakatnya.
Termasuk juga infrastruktur guna menghadapi kemungkinan terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami.
Mengenal Sesar Aktif
Salah satu sumber pemicu gempa bumi yang terletak di darat adalah sesar aktif. Keberadaannya mutlak perlu diketahui untuk meminimalkan risiko akibat gempa yang timbul, jika sesar aktif ini bergerak.
Beberpa hal yang perlu diketahui terkait dengan sumber gempa sesar aktif di Indonesia meliputi lokasi, sebaran, zona sesar aktif, serta karakteristik sumber gempa bumi.
Data tersebut diperlukan guna menganalisis bahaya dari goncangan gempa, baik pada batuan dasar maupun tanah permukaan. Dengan begitu, risiko akibat gempa dan mitigasinya dapat diperkirakan.
Kenampakan Sesar Aktif di Permukaan
Sesar merupakan retakan pada bebatuan yang sudah mengalami pergeseran. Jika retakan batuan belum bergeser atau bergerak dinamakan kekar (joint).
Sesar bisa berupa retakan tunggal, membentuk lajur atau zona sesar (fault zone) yang terdiri dari sekumpulan retakan.
Arah pergerakan sesar dibagi menjadi tiga, yakni sesar naik (reverse fault), sesar mendatar (strike fault), dan sesar normal (normal fault). Sesar mendatar biasa disebut sesar geser, sementara sesar normal biasa disebut sesar turun.
Tingkat Aktivitas Sesar
Berdasarkan tingkat aktivitasnya, sesar dibagi menjadi tiga, yakni sesar aktif, sesar potensi aktif, dan sesar tidak aktif.
Sesar aktif adalah sesar yang pernah bergerak dalam kurun waktu 10.000 tahun terakhir, dan sesar potensi aktif adalah sesar yang pernah bergerak dalam kurun waktu 2 juta tahun terakhir.
Sedangkan, sesar tidak aktif adalah sesar yang belum atau tidak pernah bergerak pada kurun waktu lebih dari 2 juta tahun terakhir.
Jika dikategorikan, gempa sesar aktif merupakan sumber gempa bumi kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang kenampakannya bisa dikenali melalui bentuk lahan, baik dalam skala besar maupun kecil.
Dalam skala besar biasanya ditandai dengan adanya pegunungan (karst, lipatan), dan plato, sedangkan pada skala kecil biasanya ditandai dengan adanya perbukitan faset segi tiga, kipas aluvial, canyon, gumuk pasir, lereng, serta pergeseran sungai.
Setiap jenis sesar aktif, yaitu sesar normal, sesar mendatar, sesar naik, dan sesar oblique (gabungan sesar mendatar dan naik), akan memberikan kumpulan variasi bentuk lahan yang berbeda-beda.
Penyelidikan Sesar Aktif
Kehadiran suatu sesar aktif kerap terlihat dari kenampakan morfologi. Metode yang digunakan biasanya metode morfotektonik, paleoseismologi, geodesi, dan pemantauan gempa bumi, yang dilakukan melalui penafsiran data citra, foto udara, serta pengamatan lapangan.
Sumber gempa sesar aktif di Indonesia yang mencapai 295 itu perlu diwaspadai masyarakat. Selain lokasinya berada di daratan dan berdekatan dengan kawasan tempat tinggal warga, gempa tersebut juga sering terjadi. (Eva/R3/HR-Online)