Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Sadiman, (35), warga Dusun Purwodadi RT 06/RW 03 Desa Waringinsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat, sudah beberapa tahun ini menjadi pengepul kardus bekas. Meski hanya barang bekas yang sudah tidak terpakai, tapi ternyata bisa dijual dan menghasilkan uang.
Menurut Sadiman, setiap pekerjaan apabila ditekuni pasti akan membuahkan hasil. Meski barang bekas yang dianggap sebelah mata oleh kebanyakan orang, namun apabila tahu celahnya bisa menjadi sumber rejeki.
“Yang pasti harus tahu dulu siapa orang yang butuh kardus-kardus bekas. Kita cari orangnya. Ternyata banyak yang butuh, terutama para pengrajin UKM yang mendaur ulang kardus untuk mengepak produknya,” kata Sadiman, kepada HR Online, saat ditemui di rumahnya Minggu (14/07/2019).
Menurut Sadiman, pada setiap harinya, dirinya membutuhkan 10 ribu lembar kardus dengan diameter 21,7 cm. Kardus itu, kata dia, sudah ditunggu oleh para pelanggannya.
“Pelanggan saya kebanyakan pengusaha UKM, seperti pembuat gula merah dan pengrajin ikan asin. Mereka butuh kardus-kardus bekas ini untuk pengepakan produknya. Pelanggan saya ini ada dari sekitar wilayah sini hingga ke daerah Tegal Jawa Tengah,” katanya.
Sadiman menjelaskan kardus yang siap dijual sudah dipotong-potong dalam diameter 21,7 cm. Menurutnya, apabila kardus indomie, misalnya, tidak dijual secara utuh. Tetapi, dipotong-potong hingga menghasilkan beberapa lembar.
“Satu kardus indomie bisa menghasilkan 54 lembar kardus. Saya dapat kardus bekas dari warung-warung atau tukang rongsok. Ada juga dari perorangan yang sengaja menjual ke saya. Kalau beli di warung hitungannya kiloan. Satu kilo kardus harganya Rp.1500,” terangnya.
Sadiman pun mengaku sering menawarkan kepada tetangga atau kerabatnya untuk bekerjasama memenuhi pasokan kebutuhan kardus bekas. Menurutnya, apabila ada orang yang menjual kardus kepadanya, per satu lembar diterima dengan harga Rp. 70 perak.
“Kalau ditekuni dengan serius, lumayan juga usaha dari kardus bekas ini. Bayangkan saja, untuk satu kardus indomie bisa menghasilkan 54 lembar atau kalau diuangkan sebesar Rp. 3.780. Kalau bisa memasok kepada saya 1000 lembar per hari saja lumayan dapat Rp. 70 ribu,” ujarnya.
Menurut Sadiman, orang yang menjadi penyuplai kardus rata-rata sebagai sampingan usaha. Karena, kata dia, para penyuplai pun mencari kardus bekas dari hasil mencari atau membeli dari orang lain.
“Jadi, kalau ada waktu senggang, mereka mencari atau membeli kardus dari rumah-rumah warga. Setelah terkumpul, kemudian dipotong-potong sesuai ukuran. Setelah menghasilkan 1000 lembar baru dijual ke saya,” katanya.
Sadiman mengungkapkan, meski kardus bekas dijual dalam bentuk dan ukuran sudah dipotong-potong, tetapi tidak ada yang mubazir. Karena kardus potongan kecil yang tidak terpakai bisa dikumpulkan dan dijual lagi ke tukang rongsok. “Satu kilo potongan kardus yang kecil-kecil itu diterima Rp. 1000 oleh tukang rongsok,” ujarnya.
Selain menerima kardus lembaran, kata Sadiman, dirinya pun menerima kardus bekas kopi atau makanan biscuit. Untuk kardus tersebut, tambah dia, dijualnya secara utuh atau tidak dipotong-potong. “Kalau kardus bekas kopi dihargai Rp. 1.500. Memang harganya lebih tinggi ketimbang kardus biasa,” ujarnya.
Sadiman juga menyatakan bersyukur bisa membantu tetangga dan kerabatnya yang tidak memiliki pekerjaan untuk dilibatkan sebagai penyuplai kardus bekas. Menurutnya, sudah puluhan orang menjadi penyuplai kardus kepada dirinya.
“Para penyuplai itu ada yang memang tidak memiliki pekerjaan, ada juga ibu rumah tangga yang mencari penghasilan tambahan untuk kebutuhan rumah tangganya. Alhamdulilah, hanya dari barang bekas saya bisa bermanfaat bagi orang lain,” pungkasnya. (Sugeng/R2/HR-Online)