Berita Pangandaran (harapanrakyat.com), – Hasil produksi kopi di Pangandaran yang mencapai 253 ton dianggap layak untuk dieskpor ke Jepang.
Hal itu dikemukakan Seksi Pengolahan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Ridwan Mulyadi yang mengatakan biji kopi dari petani Pangandaran kini diminati oleh Negara Jepang.
“Hasil produksi biji kopi dari petani Pangandaran sudah disurvey dan dinyatakan layak untuk diekspor ke Jepang,” kata Ridwan kepada HR Online, Kamis (4/7/2019).
Namun Jepang mensyaratkan agar biji kopi yang akan dipasarkan di Jepang harus biji kopi dari hasil produksi non kimia.
“Ada syaratnya untuk kopi yang bisa dieskpor ke Jepang, yaitu harus berasal dari biji kopi yang diproduksi tanpa unsur-unsur kimia,” jelas Ridwan.
Ridwan menjelaskan, luas lahan di Kabupaten Pangandaran yang ditanami kopi tercatat 609 hektar. Dari lahan tersebut, biji kopi yang dihasilkan oleh petani mencapai 253 ton per tahun.
“Lahan seluas 609 ha yang ditanami kopi tersebut, terdiri dari 292 ha lahan negara dan 317 ha lainnya lahan perkebunan rakyat,” kata Ridwan.
Sementara lokasi perkebunan kopi di Pangandaran tersebar di sejumlah kecamatan, diantaranya Kecamatan Langkaplancar, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Parigi dan Kecamatan Cigugur.
Kopi yang ditanam petani di Kabupaten Pangandaran, kata Ridwan, merupakan kopi jenis robusta yang biasa ditanam di dataran rendah. Saat ini, biji kopi hasil produksi petani di Pangandaran sudah punya merk sendiri, diantaranya kopi Wa Eli, kopi Srikandi, juga kopi Pangandaran.
“Kendala yang dihadapi pengrajin yang memproduksi biji kopi, ada pada mesin roasting, rata-rata mereka mengolahnya masih dengan cara-cara tradisional,” kata Ridwan.
Walau begitu, Ridwan menambahkan kopi Pangandaran sudah berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Dengan harga jual mulai 20 ribu rupiah sampai 40 ribu rupiah per kilogramnya, kopi Pangandaran ini sudah bisa menambah penghasilan masyarakat, pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan petani kopi Pangandaran,” pungkasnya. (Ceng2/R7/HR-Online)