Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Para pecinta dan peternak burung love bird akhir-akhir ini harus memutar otak untuk memberikan pakan kepada hewan peliharaannya. Pasalnya pakan yang dikenal Milet mengalami kenaikan sangat drastis, terutama milet putih.
Supriatna (41), salah satu warga Muktisari, mengatakan, pakan burung pemakan biji-bijian jenis milet putih mengalami kenaikan secara bertahap, mulai Rp 8 ribu hingga Rp 15 ribu perkilogramnya.
“Harganya terus naik dan peminatnya menurun. Jika dipersentasikan, peternak ada 90 persen dan peminatnya ada 10 persen,” kata Supriatna, Kamis (18/7/2019).
Menurutnya, jika harga pakan mengalami kenaikan, sudah seharusnya harga burung menjadi mahal. Namun kenyataannya, harga burung malah terjun bebas.
Hal senada juga dikatakan Entis Sutisna (29), warga Waringinsari yang juga pecinta burung. Ia menuturkan, kondisi hancurnya harga burung love bird bukan hanya karena harga pakannya yang melejit, namun karena adanya pasokan besar-besaran dari wilayah Cirebon dan Solo.
“Peternak burung Love bird yang sekedar mencari tambahan penghasilan, ataupun peternak skala kecil yg memiliki 10-15 jodoh induk love bird pastilah menjerit. Harga pakan mahal, harga jual burung menurun, lah peternak mau kebagian apa,” jelas Entis.
Sebagai solusi dari persoalan tersebut, kata Entis, harus kembali lagi pada hobi, mengutamakan kualitas. Pasalnya, ketika sudah berkaitan dengan hobi dan kualitasnya baik maka akan berimbang.
“Menurut saya, harga burung love bird akan naik lagi di pasaran, sebagaimana harga jual burung Kenari yang waktu itu juga turun drastis, namun perhari ini harga kenari sudah stabil, bahkan naik harga jualnya,” ujar Entis.
Miftahudin (32), salah satu pedagang pakan burung, membenarkan bila harga pakan khusus love bird sedang naik. Meski begitu ia melihatnya biasa saja lantaran harga pakan sudah biasa naik dan turun.
“Ya biasa saja, kami hanya menyediakan pakan, untung dari penjualan pakan tidak terlalu banyak. Misalkan harga Milet Rp. 8 ribu perkilo, saya untung Rp. 1 ribu, dan harga milet Rp. 15 ribu perkilogram, saya pun hanya mendapat untung Rp. 1 ribu,” jelas Miftahudin. (Sugeng/R6/HR-Online)