Berita Banjar (harapanrakyat.com),-Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjar, Jawa Barat, mengungkapkan, selama libur Lebaran, volume sampah di Banjar mengalami peningkatan hingga 50 persen. Hal itu seiring dengan meningkatnya masyarakat menggunakan barang yang berpotensi menjadi sampah.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kota Banjar, Dede Kuswandi, melalui Kasi Pengurangan Sampah, Isep Yedi, mengatakan, momen libur Lebaran menyebabkan volume sampah di Banjar meningkat cukup banyak, terutama di wilayah rest area (tempat perisitirahatan pemudik) yang ada di Kota Banjar. Tak hanya itu, sampah yang bersumber dari rumah warga juga meningkat seiring jumlah konsumsi yang juga meningkat.
“Meski kemarin libur, tapi petugas tetap bekerja. Jika mereka libur, otomatis kita kewalahan menangani sampah di Banjar ini. Hanya saja kemarin-kemarin itu yang berbeda hanya pada waktunya, yakni bersih-bersihnya mulai jam 02.00 WIB pagi,” jelas Isep kepada Koran HR, Selasa (11/06/2019).
Berkaitan soal sampah, Isep menilai hal tersebut sangat erat sekali dengan kebiasaan masyarakat yang perlu diluruskan bersama. Artinya, sampah bukan sesuatu yang harus dibuang, tetapi bisa dimanfaatkan dan diolah supaya mendapatkan nilai.
Seperti halnya fatwa dari MUI tahun 2014 tentang pengelolaan sampah. Bahkan, di dalam fatwa tersebut disebukan haram hukumnya membuang sampah sembarangan. Dukungan lainnya juga datang dari NU dalam Munas NU yang berlangsung di Ponpes Miftahul Huda Al Azhar yang menyebutkan membuang sampah sembarangan juga haram.
“Memang dukungan seperti demikian sudah ada, tinggal respon dan aksinya dari kita semua. Idealnya, sampah itu bukan sesuatu yang harus segera dibuang yang berdampak pada penumpukan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir, red), tapi bagaimana kita mengelolanya,” jelas Isep.
Sebagai daerah yang memiliki misi bidang agropolitan, lanjut Isep, sudah seharusnya memanfaatkan sampah-sampah organik sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi pertanian, namun sampai saat ini belum maksimal.
Persoalan sampah, lanjutnya, bukan saja menjadi tanggungjawab pemerintah melalui dinasnya saja, akan tetapi merupakan tanggungjawab bersama. Jika asumsi masih tanggungjawab dinasnya, maka secara otomatis kesadaran terhadap penanganan sampah perlu ditekankan guna mewujudkan lingkungan yang bersih.
“Memang sampai saat ini penanganan sampah masih ditangani oleh kita saja. Relawan yang konsen masalah sampah belum ada, berbeda dengan dinas lain yang punya kader tersendiri. Ke depan rencana kita akan buat TPS (Tempat Pembuangan Sementara) di pesantren yang jumlah produksi sampahnya banyak. Itu nanti jadi pilot project tempat lain yang produksi sampahnya juga banyak,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Kasi Sarana dan Prasarana DLH, Dyah Shita, menambahkan, pihaknya berharap ke depan penanganan sampah berbasis masyarakat bisa terbentuk, apalagi isu Indonesia bebas sampah 2025 sudah cukup lama dikampanyekan.
“Fenomena saat ini adalah masyarakat masih mengandalkan petugas, padahal ketika dari sumber sampah sudah ada kesadaran, jumlah di TPS bisa menurun dan sampah di TPA bisa ditekan. Dalam sehari, sampah yang masuk ke TPA sekitar 34 ton. Sedangkan asumsi sampah di Banjar itu adalah jumlah penduduk sekitar 200.000 jiwa dikali setengah kilo sampah,” jelasnya.
Adapun petugas di lapangan yang menangani sampah, lanjut Dyah, sebanyak 285, mulai dari tim pasapon hingga tim pengangkut sampah. Kemudian jumlah TPS di Banjar sebanyak 10 tempat yang tersebar di berbagai titik.
“Mudah-mudahan ke depan ada relawan yang peduli sampah dan adanya dorongan dari berbagai pihak untuk penanganan sampah,” pungkasnya. (Muhafid/Koran-HR)