Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Kapolres Kota Banjar, AKBP Yulian Perdana, mengingatkan masyarakat untuk tidak menyebarkan berita hoaks yang berpotensi mengganggu kemanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Pasalnya, kondusifitas yang selama ini dijaga dengan baik bisa rusak gara-gara informasi yang tidak benar, seperti halnya hoaks Rancakole yang terjadi pada Sabtu (22/06/2019) kemarin.
Yulian mengatakan, seperti halnya kejadian informasi seorang kakek-kakek yang dikabarkan meninggal di sebuah masjid di Rancakole tanpa identitas, membuat warga Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman menjadi resah. Padahal, sebenarnya kejadian tersebut tidak ada dan daerah Rancakole tidak hanya di Kota Banjar saja, tetapi juga di daerah lain.
“Di kita (Polri, red) yang menangani masalah ini sudah ada dan terstruktur, yakni Direktoral Cyber Patrol. Memang penanganan hoaks ada di Mabes Polri, Polda serta Polres-polres yang ada di Indonesia. Memang di Banjar belum ada, tapi kami pastikan di sini kita aman-aman saja,” jelasnya kepada HR Online di sela-sela kegiatan HUT Bhayangkara di halaman parkir BWP, Minggu (23/06/2019).
Guna mengantisipasi hal tersebut terulang, kata Yulian, koordinasi di lapangan seperti Bhabinkamtibmas, Babinsa, Kepala Desa, Camat serta lainnya sangat penting dilakukan guna meluruskan informasi yang sekiranya tidak sesuai.
“Kita tahu sendiri, ancaman bagi penyebar hoaks di antaranya UU ITE atau UU nomor 1 tahun 46 tentang Peraturan Hukum Pidana yang mana bisa dihukum maksimal 10 tahun penjara. Jadi, jangan sampai kita melakukan hal-hal yang inkonstitusional,” pungkasnya.
Wakil Walikota Banjar, Nana Suryana, juga mengatakan hal serupa. Ia menyebutkan Pemkot Banjar sudah jauh-jauh hari mengingatkan kepada semua lapisan masyarakat untuk tidak terprovokasi dan menyebarkan hoaks. Pasalnya, selain mengganggu orang, juga bisa terkena sanksi dari penegak hukum.
“Berkaitan hoaks Rancakole kemarin, saya kira itu bentuk respon masyarakat yang ingin membantu menyebarkan siapa tahu keluarga korbannya bisa mengetahui lewat media sosial. Hanya saja salahnya itu tidak benar. Jadi ini masyarakat bisa dibilang emosional terhadap hal demikian, tapi tidak selektif dalam menyebarkan informasi. Semoga ke depan di Banjar tidak terulang lagi,” pungkasnya. (Muhafid/R6/HR-Online)