Berita Pangandaran (harapanrakyat.com),- Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengungkapkan, gempa Pangandaran berkekuatan 5,2 SR yang terjadi pada Jum’at (21/06/2019), pukul 17.27 WIB, diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
“Dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis mendatar atau strike-slip fault,” katanya seperti dikutip dari laman bmkg, Jum’at (21/06/2019).
Rahmat menambahkan dari hasil monitoring pasca terjadi gempa Pangandaran dengan kedalaman menengah ini, belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan. Karenanya dia menghimbau kepada warga khususnya yang berada di pesisir pantai selatan Jawa, agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu atau informasi hoax yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Untuk memantau informasi kebencanaan, masyarakat dihimbau untuk mengambil informasi dari BMKG. Setiap terjadi bencana kami selalu menyebarkan informasi melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi dan bisa diakses di Instagram serta Twitter (@infoBMKG). Bisa juga mengakses website www.bmkg.go.id, inatews.bmkg.go.id atau melalui aplikasi Apps android BMKG,” ujarnya.
Menurut Rahmat, selain di daerah Jawa Barat, getaran gempa itupun dirasakan di daerah Cilacap, Kulonprogo, Bantul dan Kebumen. Namun, akibat gempa tersebut, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan.
Seperti diberitakan sebelumnya, gempa berkekuatan 5,2 SR dilaporkan mengguncang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, dan sekitarnya pada Jum’at (21/06/2019) pukul 17.27 WIB.
Gempa Pangandaran tersebut terletak pada koordinat 8,51 LS dan 108,69 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 92 km arah tenggara Kabupaten Pangandaran, Propinsi Jawa Barat pada kedalaman 62 km. Gempa ini tidak berpotensi tsunami. (R2/HR-Online)