Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya yang didampingi Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, meresmikan klaster ayam petelur di Desa Muktisari, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/06/2019).
Program pembinaan usaha peternak ayam petelur ini merupakan kluster ke 3 di wilayah Priangan Timur yang dibentuk oleh Bank Indonesia Tasikmalaya. Pembentukan klaster sendiri bertujuan untuk menjaga stabilitas inflasi. Sebelumnya BI juga menerapkan program serupa di Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya Heru Saptaji, mengatakan, capaian inflasi di Priangan Timur pada tahun 2018 tembus di angka 2,30 persen. Capaian itu merupakan yang terbaik dalam kurun waktu 10 tahun. Bahkan, capaian yang baik itu menjadikan Priangan Timur sebagai salah satu wilayah yang terbaik di pulau Jawa.
“Barometer yang dijadikan sempel inflasi di Priangan Timur adalah Tasikmalaya. Untuk menunjung geliat ekonomi di Priangan Timur, tentu tidak hanya mengandalkan Tasikmalaya, tetapi harus ditunjang juga oleh daerah di sekitarnya, terutama dalam menjaga stabilitas pangan. Makanya, Ciamis sangat berperan penting dalam menunjang stabilitas pangan di Priangan Timur,” ujarnya.
Ayam petelur, lanjut Heru, merupakan salah satu dari lima komoditas penyumbang inflasi. Sementara Ciamis merupakan salah satu daerah penyuplai komoditas ternak di wilayah Priangan Timur.
“Untuk menjaga stabilitas pangan, maka Ciamis harus menjadi daerah penyangga ketahanan pangan. Jadi, potensi yang dimiliki setiap daerah harus dioptimalkan. Hal itu agar geliat perekonomian bisa terus terjaga,” ungkapnya.
Ciamis, lanjut Heru, merupakan salah satu produsen telur terbesar di Jawa Barat. Menurutnya, potensi perunggasan di Ciamis, khususnya telur, sangat luar biasa dan perlu didorong untuk terus dikembangkan.
“Kami juga berterimakasih kepada Pemkab Ciamis yang selalu bersinergi bersama kami dalam mengembangkan serta mendorong laju pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Menurut Heru, klaster merupakan inisiasi Bank Indonesia dalam membina serta mengembangkan masyarakat menjadi peternak berilmu. “Untuk klaster di Ciamis, kami melibatkan 50 peternak ayam petelur,” katanya.
Dalam klaster pemberdayaan peternak ayam petelur, terang Heri, pihaknya mengembangkan inovasi teknologi baru dalam pengolahan pakan atau yang berbasis fermentasi atau MA-11.
“Yang dikeluhkan oleh peternak ayam saat ini adalah mahalnya harga pakan. Makanya, kami dorong agar peternak bisa membuat pakan sendiri. Hal itu agar meringankan beban peternak dan mendorong agar produksinya terus meningkat,” ujarnya.
Heru mengatakan, inovasi pengolahan pakan, tidak hanya untuk kepentingan 50 peternak di bawah binaan BI saja. Tetapi, para peternak yang sudah dibina dalam invoasi pengolahan pakan, harus memberikan ilmunya serta mengajak peternak lainnya untuk melakukan hal serupa.
Heru menjelaskan, pembinaan melalui klaster ini dilakukan dalam 3 tahun. Pada tahun pertama difokuskan untuk pertumbuhan, memperbaiki produktifitas dan penguatan kelembagaan. Selanjutnya di tahun kedua mendorong perluasan akses pasar dan perkenalan institusi keuangan. Dalam tahun kedua disebut sebagai tahap pengembangan.
“Saat mamasuki tahun ketiga adalah kemandirian. Para peternak harus bisa mengembangkan akses pasar secara mandiri. Apabila diperlukan intervensi lembaga keuangan untuk memperbesar usahanya, kami siap mendorongnya. Intinya, di tahun ketiga mereka harus mandiri dan menjadi pelaku usaha yang bisa berpartisipasi dalam menggerakkan perekonomian,” terangnya.
Di tempat yang sama, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, mengatakan, kerjasama dengan Bank Indonesia tentunya sangat bermanfaat bagi para peternak ayam petelur di Ciamis. Dia berharap melalui program tersebut dapat meningkatkan produksi telur ayam di Ciamis.
“Setidaknya bisa memenuhi kebutuhan ayam petelur di Ciamis. Lebih bagus lagi bisa menyuplai kebutuhan telur untuk daerah lain,” ujarnya. (Her2/HR-Online)