Berita Teknologi, (harapanrakyat.com),- Tiga Mahasiswa ITB (Institut Teknologi Bandung) berhasil menciptakan alat bantu dengar bagi tunarungu untuk mengemudi. Temuan baru ini akan memberikan manfaat besar bagi keselamatan penyandang tunarungu dalam berlalu lintas.
Tiga mahasiswa ITB yang berhasil menciptakan alat bantu tersebut yaitu Muhammad Firman Nuruddin (FITB, 2018), Mochammad Ronny Ardianto (STEI, 2018), dan Riamizar Surya Baihaqi (FTTM, 2018).
Berkat alat yang telah diciptakannya, mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) ITB itu berhasil meraih juara 1 dalam kompetisi yang digelar oleh Pemerintah Kota Bandung dan City of Melbourne, yakni Bandung Datathon 2019.
Meski mereka baru berkuliah pada tahun pertama, namun tim ini mampu bersaing dengan kompetitor lainnya dari berbagai kalangan di seluruh Indonesia, baik masyarakat umum, mahasiswa S2, bahkan hingga dosen.
Kompetisi yang berlangsung pada pertengahan Maret lalu melalui seleksi proposal, kemudian ditutup dengan Final Pitching yang mengantarkan tim dari ITB tersebut berhasil menjadi juara pada 17 Mei 2019 di Royale Hotel Bandung.
Dengan bertemakan “Road Safety for Pedestrian, Cyclist, Bikers, and Drivers”, tim ini mengusung karyanya yang disebut Avion (Audio to Vibration).
“Karya kami berupa alat bantu berkendara bagi pengendara tunarungu, dengan konsep dasar mengubah bunyi klakson kendaraan menjadi getaran,” terang Ronny, seperti dikutip dari siaran pers ITB yang diterima HR Online, Selasa (28/05/2019).
Lebih lanjut Ronny menjelaskan, bahwa inspirasi awal terciptanya Avion ini berasal dari salah satu keluarga yang mengalami tunarungu, dan pernah terkena tilang lantaran tidak bisa mendengar klakson.
Hal ini pula yang mendasari munculnya keinginan dari tiga mahasiswa ITB itu untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia pada umumnya, dan khususnya di Kota Bandung, terutama terkait perwujudan Kota Inklusi.
Sesuai dengan namanya, yakni Audio to Vibration, maka alat bantu ini dikemas dalam bentuk smart watch yang mampu mengkonversi bunyi klakson dari kendaraan, sehingga nantinya akan diterima oleh pemakainya dalam bentuk getaran.
Dalam hal berkendaraan, tentunya alat ini menjadi salah satu solusi keamanan berlalu lintas bagi para penyandang tunarungu yang mempunyai keterbatasan pendengaran.
Untuk memantapkan karya dari semua finalis yang ikut dalam kegiatan tersebut, termasuk tim mahasiswa ITB itu, juga diadakan Intensive Pitching serta Mentoring di The Greater Hub SBM-ITB pada tanggal 8 April 2019 hingga 16 Mei 2019 kemarin.
“Saat inkubasi di Greater Hub, kami mendapat banyak ilmu baru tentang proses membangun sebuah start up, hingga ilmu mengenai aspek-aspek bisnis kanvas,” ungkap Ronny.
Dengan digelarnya kegiatan tersebut maka membuat mereka semakin terpacu untuk memberikan yang terbaik terhadap hasil karya rancangnya.
Bahkan, berkat karyanya yang luar biasa itu, mereka meraih Grand Prize berupa Study ke Melbourne, Australia, selama satu minggu.
Ronny juga mengatakan, ke depan timnya akan berupaya menyempurnakan karyanya sehingga nanti sudah benar-benar siap digunakan oleh tunarungu.
Selain itu, mereka juga akan melakukan kerjasama lebih lanjut dengan Pemerintah Kota Bandung dan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. (Eva/R3/HR-Online)