Berita Ciamis, (harapanrakyat.com), – Gempuran Smarthone saat ini tidak lantas membuat salah satu permainan tradisional di Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Ciamis, Jawa Barat lenyap begitu saja. Sejumlah pemuda berusaha mempertahankannya, salah satunya adalah meriam bambo atau meriam lodong Ciamis yang dibunyikan saat ngabuburit menjelang buka Magrib.
Maka tak heran, jika setiap sore terutama selepas Asar, dentuman keras masih terdengar di Desa Cisontrol, Rancah pada bulan Ramadan seperti sekarang. Bunyi ledakan tersebut berasal dari meriam lodong yang dimainkan anak-anak muda di areal persawahan. Suara ledakan keras dari meriam lodong tersebut sudah jadi ciri khas penanda bulan Ramadan.
Meriam lodong Ciamis ini biasa dimainkan anak-anak muda di pinggir sawah. Mereka memainkan meriam lodong sengaja jauh dari pemukiman warga agar tidak mengganggu. Serunya main meriam lodong ini karena suara dentumannya yang luar biasa, mulai dari ledakan sedang hingga dentuman yang sangat kencang. Walaupun begitu, meriam lodong ini cukup aman bila dibanding dengan petasan.
Salah satu pemain meriam lodong Ciamis, Arip Dwi Yulianto (17), mengaku setiap tahunnya terutama bulan Ramadan dirinya selalu memainkan meriam lodong bersama rekan-rekannya. Warga Dusun Sukajaya ini menyebutkan beberapa temannya yang saat itu ikut bermain, mereka Dani Kamaludin, Andra, Agung dan juga Dani.
Menurut Arip, dulu anak-anak muda yang memainkan meriam lodong di desanya cukup banyak. Namun, perkembangan jaman membuat anak-anak muda di desanya tak lagi tertarik memainkan meriam lodong ini.
“Kami masih berusaha mempertahankan permainan ini, permainan ini rasanya sudah hampir tidak dikenal lagi oleh anak jaman sekarang. Cenderung sudah terlupakan dan digantu dengan permainan lainnya terutama permainan yang ada di smartphone android. Banyak yang lupa dengan permainan tradisional seperti ini, padahal asyik sekali memainkannya,” ungkapnya.
Arip bersama rekan-rekannya berpikir untuk menghidupkan kembali permainan meriam lodong tersebut. Anak-anak muda ini selain ngabuburit dengan mengaji, juga memainkan meriam lodong saat menunggu azan Magrib. Mereka memilih bermain lodong daripada bermain tidak jelas kesana kemari dengan motor.
Saat membuat meriam lodong ini butuh sedikit perjuangan. Anak-anak muda yang ingin bermain lodong ini pertama mereka harus mencari bambu yang dianggap cocok untuk dijadikan meriam. Mereka kadang mencarinya di kebun bahkan hingga ke kawasan hutan yang ada di sekitar desa.
Bambu yang dipilih untuk dijadikan lodong adalah jenis bambu Bitung atau Gombong, kedua jenis bambu ini dinilai memiliki kualitas kuat dan tebal. Bambu kemudian digergaji dan dipotong dengan golok bambu sepanjang 2 meter.
Pada bagian depan dan buku bambu harus dibuat bolong. Sementara pada ujung belakang diberi lubang berbentuk segi empat. Fungsinya untuk memasukkan karbit yang merupakan bahan peledak meriam lodong ini. Mereka biasa membeli karbit untuk lodong dari toko besi. Selain itu, pada bagian dalam bambu diisi air secukupnya.
“Cara membunyikan meriam ini, pertama masukan dulu karbit secukupnya ke dalam bambu berisi air lalu ditutup. Tunggu dulu selama 1 atau 2 menit, setelah itu buka lagi penutupnya, baru nyalakan menggunakan api, tapi harus pakai tongkat nyalainnya. Bunyi dentuman pun akan keluar cukup keras,” terang Arip.
Sementara Dani, anak lainnya menambahkan, biasanya dirinya bermain lodong secara berkelompok dan saling berhadapan, namun jaraknya cukup jauh. Seperti halnya main perang-perangan, tapi tanpa menggunakan peluru.
Kelompok yang mampu menghasilkan bunyi dentuman yang paling keras berkali-kali ditunjuk sebagai pemenangnya. Dani bahkan menyebutnya sebagai permainan paling mengasyikkan dibandingkan permainan-permainan lainnya.
“Tapi sekarang sayangnya yang main lodong tinggal sedikit, jadinya hanya bisa membunyikannya saja. Padahal bermain lodong ini juga bisa menghilangkan stres, juga bisa mengeluarkan pikiran pusing,” katanya.
Hampir setiap sore, Arip, Dani dan teman-teman lainnya bermain meriam lodong Ciamis ini. Meski yang bermain anak-anak muda, namun beberapa warga kerap menonton menjelang Magrib tiba sambil ngabuburit menunggu buka puasa.
“Harapannya sih permainan meriam lodong ini tetap dimainkan saat bulan puasa seperti sekarang ini. Kalau tak ada suara ledakan meriam rasanya kayak bukan bulan puasa. Anak-anak jaman sekarang harusnya tertarik dan harus mencoba juga ikut memainkannya. Ikut juga untuk melestarikan,” pungkas Dani. (Her2/R7/HR-Online)