Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Pelaksanaan Pemilu 2019 yang berlangsung pada Rabu (17/04/2019) telah dilalui. Sejumlah warga dari berbagai kalangan di Kota Banjar mengaku, dari mulai proses pencoblosan hingga penghitungan suara yang memakan waktu cukup lama, dimana terdapat lima lembar surat suara dirasakan terlalu rumit.
Seperti diungkapkan Siman, salah seorang warga kepada Koran HR, saat dijumpai usai menyalurkan hak suaranya di salah satu TPS yang ada di wilayah Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Rabu pekan lalu.
“Hampir tiga atau empat menit saya berada di balik bilik suara saat melakukan pencoblosan. Rumit lah, lumayan lama juga saya mesti nyari-nyari mana yang mau dicoblos. Belum lagi kertas suaranya cukup lebar melebihi lebarnya bilik suara,” tuturnya.
Menurut Siman, kondisi seperti itu tentunya akan berdampak pula pada waktu penghitungan suara yang bisa sampai pagi hari. Jadi pada intinya, Pemilu serentak ini cukup rumit dan membingungkan bagi warga. Terutama untuk calon anggota DPD, karena tidak ada satu calon pun yang dikenalnya. “Ya, jadinya asal nyoblos saja,” ungkap Siman.
Ungkapan serupa dikatakan Teten, salah seorang warga Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, yang juga sebagai petugas Pengawas TPS. Ia mengaku menjalankan tugasnya di TPS secara full time.
“Luar biasa, kami kerja full time dan harus fokus. Di TPS saya ini, dari proses penghitungan suara hingga selesai keadministrasiannya itu bukan dini hari, tapi sampai siang hari. Ya fisik terkuras juga, lelah. Itu sama dirasakan panitia atau petugas lain yang terlibat di TPS,” ungkapnya, kepada Koran HR, Jum’at (19/04/2019).
Teten pun mengakui bahwa memang Pemilu kali ini sangat rumit, dan itu dirasakan pula oleh semua kalangan masyarakat. Menurutnya, yang menjadi rumit karena harus mencoblos lima lembar kertas suara, dan masing-masing surat suara memiliki ukuran cukup besar.
“Pengalaman mencoblos yang rumit ini mungkin dirasakan juga oleh banyak warga lainnya, terutama kalangan lanjut usia. Walau sudah punya target pilihan, tetap mesti hati-hati agar jangan salah coblos. Kalau Pilpres mungkin gampang karena cuma dua calon dan ada fotonya,” kata Teten.
KPU Akui Pemilu 2019 Rumit
Sementara itu, Ketua KPU Kota Banjar, Dani Danial Mukhlis, mengakui bahwa Pemilu 2019 ini merupakan Pemilu terumit dalam sejarah bangsa Indonesia. Bahkan menjadi Pemilu terumit di dunia.
“Bagaimana tidak rumit, karena memang dilakukan secara serentak, yakni pemilihan legislative dan presiden,” ujarnya, kepada Koran HR, sesaat sebelum membuka rapat pleno rekapitulasi suara Pemilu 2019 tingkat PPK Langensari, di Aula Desa Langensari, Sabtu (20/04/2019).
Lebih lanjut Danial mengatakan, dalam Pemilu 2019 ini, nuansa politknya pun lebih kuat karena masyarakat diharuskan menentukan lima pilihan dalam lima lembar kertas suara. Sehingga, proses pencoblosan dan penghitungan suara memakan waktu lama.
“Kami sempat sebelumnya melakukan simulasi di wilayah Bojongkantong, Kecamatan Pataruman, dan pada waktu simulasi itu baru bisa selesai pukul 22.00 WIB. Tapi nyatanya pada hari H pemilihan, ada TPS di Kota Banjar sampai siang hari baru selesai. Lamanya itu karena ditambah dengan penataan adminsitrasinya,” terang Danial.
Atas kondisi demikian, dirinya selaku Ketua KPU Kota Banjar sangat mengapresiasi terhadap kinerja rekan panitia Pemilu, baik PPK, PPS dan KPPS yang sudah begitu total mensukseskan Pemilu.
“Bagaimana tidak kita respek, khususnya kepada KPPS yang hanya diberi honor untuk ketua sebesar 550 ribu rupiah, dan anggota 500 ribu rupiah, tapi mereka mampu menyelesaikan kewajiban kerja paruh waktu dengan total,” ungkapnya.
Menurut Danial, dengan honor yang diterima KPPS sebesar itu memang sangat tidak berkeprimanusian, dan untuk ke depannya hal seperti itu tidak boleh terjadi lagi. Petugas KPPS harus diberi honor yang wajar.
“Ini oleh kita harus sama-sama dilawan ke pusat, dan ke depan tidak boleh seperti ini lagi, diberi honor yang tak wajar,” tandasnya.
Ia juga menyatakan, bahwa pihaknya bersama panitia tingkat kecamatan, desa/kelurahan dan tingkatan KPPS, dalam menunaikan tugas dari awal tahapan hingga penetapan hasil suara pada waktunya nanti, terus mengedepankan spirit membangun profesionalitas, netralitas, serta transparansi.
Dirinya juga menghimbau kepada semua rekan panitia Pemilu untuk tidak takut dan jangan ada keraguan dalam menjalankan tugas kepemiluan ini sesuai aturan. Danial juga menegaskan, bahwa tak sedikitpun pihaknya berfikir atau bahkan berniat untuk melakukan kecurangan.
“Prinsipnya kami terbuka dan spirit membangun profesionalitas, netralitas, serta transparansi demi menjunjung dan menjaga integritas,” tegasnya. (Nanks/Koran HR)