Berita Pangandaran (harapanrakyat.com),- Berbagai persoalan mengenai anak kian hari semakin kompleks, apalagi dengan zaman serba digital yang memudahkan semua orang, termasuk anak-anak, bisa mengaksesnya. Meski begitu, kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan pengajar, terlebih pola pendidikan anak yang diterapkan harus lebih menyentuh kepada anak didik.
Seperti yang diungkapkan Hj Wati Rahayu, salah satu Guru di SMP di Pangandaran, bahwa permasalahan pendidikan yang kompleks ini perlu diurai satu per satu. Di antara poin yang ditekankan, adalah mengajarkan kebaikan sejak dini kepada anak. Pasalnya, segala sesuatunya berawal dari diri sendiri.
“Sebagai contoh adanya anak punk yang mana antara laki-laki dan perempuan kerap terlihat bersama terus. Mereka bisa begitu mungkin karena broken home, lari dari orang tua, ikut-ikutan semata atau lainnya. Menurut saya, ini sayang sekali jika mereka tidak memanfaatkan waktu produktifnya untuk belajar. Dan inilah peran orang tua sangat penting untuk mengawal proses pendidikan anaknya,” jelasnya.
Dari hal tersebut, Wati mengajak semua orang tua maupun para pegiat di dunia pendidikan untuk tetap bersemangat mendidik anak-anak. Pasalnya, mereka merupakan asset masa depan yang akan mengubah bangsa ini menjadi lebih baik.
Ditemui terpisah, Sekdis Disdikpora Pangandaran, Agus Nurdin, mengatakan, bahwa di Pangandaran tercatat ada sekitar 60 anak punk yang berusia 12-23 tahun. Jumlah tersebut sangat fluktuatif dan sulit dikendalikan.
“Memang setiap anak itu unik sekali, ada yang inginnya seperti anak punk, ada yang patuh, hyper aktif, serta lainnya. Tapi pada dasarnya mereka memiliki hak mendapatkan pendidikan yang difasilitasi oleh orang tua dan Negara melalui sekolah. Jadi, kita terus menyampaikan agar para orang tua untuk selalu mengawasi anaknya dan memastikan bisa belajar dengan baik,” ujarnya. (Entang/Koran HR)