Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Situs Makam Syekh Mukhtar yang berlokasi di Pegunungan Ciaren Dusun Purwasari, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, selalu ramai dikunjungi oleh murid dan masyarakat, terutama pada setiap malam Jum’at oleh DKM Al Muhtar
Sementara pada saat Haul Mbah Bustomil Karim dan Haul Syekh Al Mukhtar, para pengunjung banyak yang datang dariluar daerah, seperti Cilacap, Patimuan, Cinyawang, Purwadadi, Manganti, Tasikmalaya, dan Bekasi. Berdasarkan informasi, saat haul tiba lokasi tersebut kerap dikeluhkan pengunjung karena tidak mampu menampung tempat wudhu, sholat serta parkir.
H Ali Ruhyana, salah satu kesepuhan, mengatakan, kondisi tersebut dirasa sangat tidak nyaman bagi para jamaah yang datang dari berbagai daerah. Karena itu, ia harap adanya campur tangan pemerintah untuk mengembangkan pembangunan sarana penunjang, seperti lahan parkir dan tempat wudhu yang bisa menampung banyak jamaah.
“Lahan DKM terbatas, sehingga kita tidak bisa memperluas tempat wudhu dan lokasi untuk parkir kendaraan jamaah,” jelas Ali Ruhyana kepada Koran HR, Senin (1/4/2019).
H Ali Ruhyana menambahkan, pihaknya bersama keluarga besar DKM Al-Mukhtar dan masyarakat sekitar saat ini sedang merehab Masjid yang dibangun sejak tahun 1928 sampai saat ini belum pernah dilakukan perehaban, hanya sebatas rehab tempat wudhu dan kamar mandi.
“Saat ini Masjid Al-Mukhtar sedang mulai direhab, tetapi untuk lokasi parkir sama tempat wudhu belum, mengingat lahannya yang terbatas,” pungkas H. Ali Ruhyana.
Sementara putra bungsu sekaligus penerus mursyid Syekh Muhtar, Abdul Kholiq, menuturkan, bahwa ayahnya itu mempunyai istri bernama Newh Nio dari Panglanjan, Parigi. Dari istrinya itu ia mempuntai anak 11 anak dan mulai menetap di Padaherang.
“Awalnya karena misi tugas sebagai Kepala KUA dari tahun 1917 sampai dengan tahun 1962. Selain Kepala KUA, beliau juga rajin berdakwah sekaligus menjadi paraji sunat. Muhammad Muhtar adalah sosok ulama yang disegani dan berilmu kanuragan tinggi,” jelasnya kepada Koran HR.
Menurut cerita masyarakat, lanjut Abdul, Syekh Muhtar bisa menaklukkan jin dan bisa berjalan di atas air sungai. Bahkan, masyarakat juga pernah menyaksikan ada pencuri yang mengambil padi di lumbungnya, dan sampai pagi baru bisa pergi setelah disuruh pulang.
Masih menurut Abdul Kholiq, selain berdakwah Syekh Muhammad Mukhtar juga mengajarkan ajaran Ahlu sunnah waljamaah Nahdlatul Ulama (NU) yang diterima dari Mbah Bustomil Karim, yang sampai sekarang dijadikan figur Ahlu Sunnah Waljamaah di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera.
“Setiap setahun sekali diperingati wafatnya dalam acara Haul bersama Syekh Muhammad Mukhtar yang merupakan salah satu muridnya di Paledah-Padaherang. Beliau wafat pada tahun 1969,” pungkas Abdul Holiq. (Madlani/Koran HR)