Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Jamur tiram memang cukup diminati oleh masyarakat, sehingga banyak dibudidayakan untuk dikonsumsi dengan berbagai olahan, mulai dari dibikin sop, tumis, hingga diolah menjadi crispy jamur.
Hendar Purwanto (37), seorang personil aktif TNI Kodim Ciamis yang bertugas di Koramil Langensari, Kota Banjar, sejak lima tahun lalu menggelut usaha budidaya jamur tiram di rumahnya di Dusun Sukanegara, RT.02, RW.01, Desa Waringinsari, Kecamatan Langensari.
Dari mulai puluhan baglog hingga saat ini sudah mencapai ribuan baglog (media budidaya jamur tiram) yang ditekuninya, setidaknya sudah mampu menghasilkan puluhan juta rupiah dalam setiap bulannya.
Pantauan Koran HR, Minggu (07/04/2019), di atas lahan sekitar 12 x 20 meter persegi, Hendar mendirikan kumbung atau bangunan dari bambu, di mana tersimpan ribuan baglog dan terlihat sejumlah pekerja.
Dia menjelaskan, di dalam kumbung tersebut ada tiga sekat ruangan tertutup dan steril. Kemudian, ruang inokulasi untuk pengembangangbiakan bibit jamur setelah media tanamnya melewati proses strerilisasi dengan dimasak.
“Sedangkan, untuk baglog ini dibuat dari serbuk kayu yang kemudian dibungkus. Satu baglog bisa tahan tiga bulan. Di baglog lah jamur tiram tumbuh dan kemudian dipanen,” terangnya, kepada Kora HR.
Setelah dipanaskan atau dimasak, lanjut Hendar, baglog kemudian didinginkan selama kurang lebih satu malam. Setelah itu ditaburi bibit jamur dan dimasukan ke dalam ruangan inokulasi, yang selanjutnya dipindahkan ke ruang inkubasi. Dari ruang inkubasi, baglog dipindahkan ke ruang perawatan. Selama kurang lebih dua minggu jamur tiram pun siap dipanen.
Hendar mengatakan, menjaga kelembaban suhu sangat penting dalam budidaya jamur. Kelembaban suhunya dikisaran 29 derajat celcius. Jika terjadi suhu di bawahnya, maka ruangan harus disiram dengan air.
“Menjaga kelembaban suhu sangat penting agar jamur tumbuh dengan baik. Ada dua jenis jamur tiram yang saya budidayakan, yaitu jamur putih dan jamur coklat. Jamur coklat itu rasanya lebih enak, dan kandungan gizinya juga lebih tinggi dibanding jamur putih. Makanya di sisi harga pun berbeda. Jamur coklat saya jual 20 ribu rupiah per kilogramnya, sedangkan jamur putih 16 ribu rupiah,” ungkapnya.
Saat ini Hendar memasarkan jamur tiram hasil produksinya masih memenuhi permintaan di wilayah Kota Banjar saja, belum bisa memenuhi pemesanan dari luar daerah. Bahkan, untuk memenuhi pesanan di Kota Banjar saja terkadang tidak terpenuhi.
Untuk itu, dirinya ingin memperbanyak tanam jamur dalam baglog. Namun memang butuh tambahan modal lebih. Dia juga mengatakan, selama ini jamur yang sudah dipanennya dijual ke pedagang pasar, tapi ada juga yang langsung mengambil ke tempat usahanya.
“Setiap hari saya bisa memanen jamur antara 20 kilo lebih. Tapi itu pun tidak pasti, sebab ada resiko yang terkadang bibit jamur dalam baglog ada saja yang tidak tumbuh,” ujarnya.
Hendar berharap untuk ke depannya ada warga yang bergabung ikut berlatih dengannya, atau sama-sama mengembangkan budidaya jamur tiram. “Ya, saya ingin mengembangkan usha ini, dan bisa berbagi ilmu jika memang ada warga atau pemuda yang ikut budidaya jarum tiram,” harapnya.
Selain dijual ke pasar, sebagian hasil panen jamur tiramnya juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha istrinya, Iin Purnamasari, yakni memproduksi makanan olahan jamur crispy dengan brand bisnisnya “Reginda Jamur Crispy”.
Omzet dari hasil produksi jamur crispy pun terbilang lumayan bagus karena sudah dikenal di toko-toko kuliner atau restoran di Kota Banjar. Bahkan, sering mengikuti pameran produk, serta pemasaran via online. (Nanks/Koran HR)