Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Guna meningkatkan pengetahuan di kalangan masyarakat, fasilitas untuk mendongkrak minat baca masyarakat sangat diperlukan. Apalagi di era yang serba digital saat ini, tentunya kehadiran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat diharapkan. Seperti halnya perpustakaan berbasis elektronik yang dapat diakses melalui smartphone.
Sejak 15 Januari, Pemerintah Kota Banjar pun telah merilis sebuah aplikasi perpustakaan berbasis Android yang sudah bisa diinstal oleh siapa saja, yakni dengan mengunjungi Google Play Store.
Aplikasi yang bernama ePusda Kota Banjar itu diketahui hasil kerjasama dengan pihak ketiga yang sama-sama mengelola ePerpusda di daerah lain. Dalam aplikasi tersebut, pengguna bisa membaca buku, dan kelebihan lainnya yang memudahkan pengguna dalam mencari referensi.
Meski sudah menggunakan konsep digital, namun sejumlah masyarakat dan pengguna mengeluhkan proses registrasi yang dianggap ribet dan memakan waktu lama. Bahkan, ada yang sampai satu minggu lamanya.
Agus Ahmad Fauzi, salah satu warga Banjar, mengatakan, dirinya sebagai seorang mahasiswa sangat membutuhkan referensi yang menunjang perkuliahannya. Dengan adanya buku yang disediakan secara elektronik oleh Pemkot Banjar, tentunya menjadi angin segar bagi dirinya.
Namun, setelah dirinya mencoba melakukan registrasi, justru respon admin sangat lambat dan mengharuskan pengguna mengisi formulir yang berbelit-belit. “Jika serba digital, sudah seharusnya serba cepat, termasuk responnya. Lah ini sudah ribet mengisi formulirnya, konfirmasi dari adminnya juga lama lagi, malah cepat aplikasi iPusnas,” tuturnya, kepada Koran HR, Selasa (05/03/2019).
Agus juga mengatakan, lambatnya respon admin ePusda Kota Banjar tersebut harus menjadi catatan pemerintah dalam hal pelayanan publik. Hal itu seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang menuntut semua serba cepat.
“Sudah satu jam lebih tidak dikonfirmasi-konfirmasi. Ini sudah digital tapi lambatnya minta ampun. Mendingan hapus saja aplikasinya atau dibenahi lagi oleh penyedianya. Ini belum soal isi di dalamnya,” ungkap Agus.
Senada dikatakan Maulana, salah satu pelajar di Kota Banjar yang mengaku kalau dirinya sempat mau menginstal ePusda untuk memudahkan dirinya membaca buku, sehingga tidak harus langsung meminjam ke Perpusda. Tapi, setelah ia mendengar keluhan dari teman-temannya mengenai proses yang sangat lambat, maka ia mengurungkan niat menginstal ePusda.
“Tadi saya melihat kayaknya ribet banget, harus pakai KTP, foto, scrol tanggal lahir panjang sekali, dan syarat lainnya. Ini bukan memudahkan, tapi menyusahkan. Semoga saja ini bisa menjadi catatan agar pemerintah bisa membenahinya, sehingga pelajar bisa lebih terbantu dengan adanya perpustakaan digital ini,” harap Maulana. (Muhafid/Koran HR)