Berita Gaya Hidup, (harapanrakyat.com),– Ketika Anda merasa lapar, terkadang tak terasa sikap kita menjadi sangat emosional. Hal kecil bisa menimbulkan amarah yang luar biasa. Hingga kemudian timbul istilah ‘lapar galak, kenyang bego’. Hal ini bukannya tanpa sebab, dalam ilmu pengetahuan disebutkan bahwa menahan lapar memiliki dampak serius pada kejiwaan seseorang.
Bahkan, Kamus Oxford pada 2018 resmi mencantumkan ‘hangry’ sebagai satu kata. Hangry merupakan kata yang menggambarkan rasa lapar (hungry) yang memicu sikap marah-marah (angry). Dalam Kamus Oxford ‘hangry’ digambarkan sebagai ‘Bad-tempered or irritable as a result of hunger’ atau dalam Bahasa Indonesia berarti ‘marah atau mudah marah karena kelaparan’.
Hangry atau lapar galak merupakan salah satu mekanisme untuk bertahan hidup. Dalam keadaan lapar, hormon kortisol dan adrenalin pada hewan cenderung mengalami peningkatan, hal ini yang membuatnya lebih mementingkan makanan.
Selain itu, lapar dan marah juga dikendalikan oleh gen yang sama yaitu neuropeptida Y. Selain mengontrol lapar, senyawa ini juga diketahui sebagai senyawa yang mengatur kemarahan seseorang. Karena itu, orang dengan kadar neuropeptida Y dalam cairan otaknya cenderung akan berperilaku agresif.
“Menjadi agresif pada masa kelaparan adalah mekanisme bertahan hidup,” ujar dr Amanda Salis, seorang profesor dari University of Sydney, seperti dikutip dari Hufington Post.
Menurut penelitian, antara lapar dan marah memang ada kaitannya. Hal tersebut terjadi karena dua hal, yakni ketidakseimbangan gula darah dan pengaruh hormon otak.
Hangry yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kadar gula darah, terjadi karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa dari makanan yang mengandung karbohidrat. Padahal glukosa merupakan bahan bakar utama bagi tubuh dan otak.
Kadar gula darah yang cukup rendah bisa membahayakan jiwa Anda, hal ini terjadi karena otak tidak memiliki bahan bakar yang bisa digunakan. Sementara tanpa glukosa yang cukup, otak akan kesulitan saat harus berkonsentrasi sebagaimana mestinya. Ini lah yang bisa membuat emosi meningkat.
Saat merasakan hangry atau lapar galak, tubuh juga akan mulai melepaskan hormon sebagai respons. Terdapat dua hormon yang dilepas, yakni glukagon dan hormon pertumbuhan. Glukosa disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen yang banyak ditemukan pada otot dan hati.
Ketika Anda lapar dan kemudian makan untuk mengatasinya, maka glukogen dan hormon pertumbuhan akan memberitahu tubuh untuk mulai melepaskan glikogen agar kadar gula darah naik kembali dan mencegah otak tanpa nutrisi. Jika otak kekurangan nutrisi maka proses berpikir seseorang akan menjadi lambat, kemungkinan hal ini lah yang menyebabkan adanya istilah ‘kenyang bego’.
Sementara itu, karena glukosa yang tersimpan dalam tubuh terbatas, otak juga akan mengirimkan sinyal darurat untuk menyuruh tubuh melepaskan hormon stres dari kelenjar adrenal. Kedua hormon tersebut dikenal dengan nama epinefrin dan kortisol. Hormon inilah yang menyebabkan rasa cemas dan gelisah karena tubuh tidak mendapat asupan makanan.
Hal senada dikemukakan oleh pakar diet dan nutrisi dari Kings College London, Sophie Medlin, menyebutkan emosi tinggi saat perut dalam keadaan lapar, berhubungan erat dengan kadar gula darah. Ketika gula darah turun inilah, maka hormon kortisol dan adrenalin naik.
Jika hormon kortisol dan adrenalin naik, maka otak akan menangkap sinyal-sinyal perasaan tidak senang, yang kemudian bisa bekembang menjadi kemarahan. Sinyal seperti ini tak jauh berbeda dengan sinyal marah ketika seseorang sedang berperilaku impulsif.
“Pencetus kemarahan saat lapar sama halnya dengan pencetus rasa marah pada perilaku impulsif. Hal ini karena pengaruh kortisol dan adrenalin pada otak membuat seseorang mampu berbuat kasar ketika lapar,” ungkap Medlin, seperti dikutip dari BBC.
Ada yang berpendapat bahwa kondisi tersebut lebih rentan dialami oleh perempuan, karena secara biologis tubuh perempuan lebih dikendalikan hormon. Namun, Medlin menolak anggapan tersebut.
Medlin berpendapat hangry bisa menyerang siapa saja, tak memandang jenis kelamin. Bahkan menurut Medlin, pria lah yang justru memiliki resiko yang lebih besar, mengingat pria mempunyai banyak reseptor di sistem saraf otaknya dibandingkan perempuan.
Cara menghindar dari kondisi hangry ini menurut Medlin adalah dengan mengonsumsi camilan manis ketika Anda sudah merasa lapar, namun belum masuk jam makan. Dengan memakan camilan manis, maka kadar gula darah tidak menurun secara tiba-tiba dan akan tetap stabil.
“Camilan ringan dengan karbohidrat juga merupakan cara ampuh mencegah hangry saat Anda berada di perjalanan atau kantor,” tuturnya. (Ndu/R7/HR-Online)
