Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Seringnya terlihat bangkai tikus di ruas jalan raya di Kota Banjar, baik itu yang masih utuh maupun baru tergilas kendaraan, atau bahkan ada yang sudah rata dengan aspal, kerap membuat masyarakat, khususnya para pengendara, merasa jijik melihatnya.
Seperti yang diungkapkan Elan (52), salah warga Lingkungan Sukarame, Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar, bahwa bangkai-bangkai tikus yang berceceran di jalan raya dapat mengganggu kenyamanan para pengendara. Terlebih pada saat musim hujan seperti sekarang ini.
“Di sini perlu adanya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang bangkai ini ke jalan. Selain menjijikan, juga dapat menimbulkan penyakit,” kata Elan, kepada Koran HR, Senin (28/01/2019).
Hal serupa dikatakan Hendi (38), salah seorang warga Lingkungan Sumanding. Menurutnya, bangkai yang dibuang ke jalan raya dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan warga.
“Dengan membuang bangkai ke jalan yang tujuannya supaya terlindas kendaraan, menurut saya itu berbahaya karena bisa menyebarkan penyakit akibat tikus tergilas kendaraan, dan bagian tubuh binatang tersebut tercecer kemana-mana. Apalagi sekarang musim hujan,” ujar Hendi.
Menghadapi hal ini, dr. Sari W Wiharso, menjelaskan, bahwa membuang bangkai ke jalan adalah perbuatan yang tidak etis, baik secara kebersihan, keindahan, maupun kesehatan. Bahkan, membuang sampah sembarangan pun tidak sesuai dengan ajaran agama Islam yang mengajarkan, bahwa kebersihan adalah sebagian daripada iman.
Secara keindahan jelas sangat menganggu dan tidak enak dilihat, karena bangkai ini akan terlindas kendaraan dan berceceran kemana-mana. Bangkai tikus merupakan sumber penularan penyakit Leptospirasis, yakni penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam air kencing tikus, dan ditularkan oleh tikus ke manusia.
“Terlebih saat ini musim penghujan, ceceran bangkai yang akan larut dalam air hujan dan bisa menimbulkan bau tak sedap, serta mencemari lingkungan. Dalam hal ini, sebaiknya kita tumbuhkan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS, mulai dari diri kita. Kalau kita sehat, keluarga sehat, maka lingkungan pun akan sehat. Kalau buang bangkai tikus, lebih baik dikubur supaya menjadi penyubur tanah,” terang dr. Sari.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Banjar, Yoyo Suharyono, melalui Kepala Bidang Kebersihan, Eri K Wardana, mengaku pihaknya sangat prihatin dengan bangkai-bangkai tikus yang dibuang ke jalan-jalan protokol di sekitar Kota Banjar.
Eri juga mengimbau kepada masyarakat, ketika memburu tikus, baik itu di permukiman atau di lingkungan, maka jika sudah tertangkap atau mati, sebaiknya dikubur. Karena, bangkai ini bisa berpotensi menyebarkan bibit penyakit.
“Bangkai tersebut lebih baik dikubur dan jangan dibuang ke jalan. Dari masalah ini kita kembali pada kemauan dan kesadaran diri kita sendiri serta semua pihak, baik itu pemerintah ataupun masyaraka,” tandas Eri.
Intinya, persoalan bangkai ini harus melibatkan multisektor untuk bahu-membahu dengan masyarakat dalam penanganan, juga dalam hal pencegahannya. Pada akhirnya yang harus disosialisasikan adalah menyampaikan dampak membuang bangkai hewan sembarangan, dan upaya membiasakan pola hidup bersih dan sehat.
Pihaknya dari Bidang Pengelolaan Sampah pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Banjar, mempunyai kewajiban menangani sampah rumah tangga, dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
“Dengan pola hidup sehat, maka permukiman dan kawasan permukiman akan menjadi nyaman dan asri. Untuk itu, mari kita biasakan hidup bersih dan sehat, sehingga jika itu sudah dijalankan maka secara otomatis lingkungan pun akan sehat,” pungkas Eri. (Hermanto/Koran HR)