Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-Organisasi Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) Chapter Ciamis menjamin biaya kuliah penjual cilok bercadar bernama Nova Puspitasari. Nova saat ini diketahui sedang menjalani pendidikan tingkat lanjut di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Maarif Ciamis.
Ketua GARBI Chapter Ciamis, sekaligus Ketua STAI Al Maarif, H. Jamiludin Hidayat, S.Pd., ketika dihubungi Koran HR, Minggu (03/02/2019), mengaku, GARBI tergerak hati melihat kegigihan Nova untuk melanjutkan pendidikan.
“Sampai-sampai (Nova) berjualan cilok keliling, untuk meraih cita-cita menyelesaikan pendidikan kuliah,” katanya.
Jamiludin menuturkan, GARBI Ciamis memiliki program memberikan beasiswa kepada 150 orang. GARBI memiliki kriteria dan pertimbangan sebelum menentukan siapa yang akan mendapatkan beasiswa pendidikan.
“GARBI melihat kesungguhan Nova yang ingin kuliah. Dia bekerja keras dan tidak merasa gengsi keliling berjualan cilok. Pertimbangan itu membuat kami yakin Nova tidak akan mengecewakan pemberi beasiswa,” katanya.
Sementara itu, Gadis Penjual Cilok Bercadar, Nova Puspitasari, ketika dihubungi Koran HR, Minggu (03/02/2019), mengaku merasa terharu setelah mendapatkan beasiswa dari GARBI Chapter Ciamis untuk menjalani pendidikan hingga selesai di STAI Al Maarif.
“Sebetulnya saya bercita-cita ingin menjadi guru agama. Tapi di kampus STAI Al Ma’arif tidak ada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Tapi enggak apa-apa, sebagai gantinya saya mengambil jurusan ekonomi syariah,” kata Nova.
Nova mengaku sangat berterimakasih kepada GARBI Chapter Ciamis, karena sudah bersedia memberikan jaminan biaya pendidikan untuk dirinya selama menjalani perkuliahan di STAI Al Maarif.
Sebelumnya, Nova Puspita (20), seorang gadis warga Dusun Desa, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, rela berjualan cilok demi mengumpulkan uang untuk biaya kuliah. Selepas tamat SMA, dia sempat mendaftar kuliah di salah satu perguruan tinggi. Namun keinginannya untuk melanjutkan kuliah ternyata kandas. Sebabnya, uang yang dia miliki tidak mencukupi untuk membayar semua biaya kuliah.
Setelah urung berkuliah, Nova sempat bekerja sebagai teller di salah satu bank syariah. Namun, dia memutuskan keluar dan berpindah kerja menjadi seorang pengajar di salah satu tempat bimbingan belajar. Karena bekerja dengan sistem kontrak, membuatnya tidak lama bekerja sebagai pengajar. Selepas itu, dia pun berpikir untuk membuka usaha. Akhirnya, dipilihlah berjualan cilok, karena modalnya tidak terlalu besar.
Saat ditemui HR Online, Kamis (31/01/2019), Nova mengatakan, meski harus berjualan cilok, namun dirinya tidak merasa malu atau minder. Menurutnya, tidak ada satupun pekerjaan hina, kecuali yang diharamkan oleh agama. “Memang banyak orang menganggap bahwa seorang perempuan tidak pantas berjualan keliling seperti ini. Sebab pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Tetapi bagi saya selagi sanggup dan mampu, kenapa tidak bisa. Yang penting, apa yang saya kerjakan merupakan pekerjaan halal dan tidak merugikan orang,” ungkapnya.
Nova mengaku dirinya masih memiliki keinginan kuat untuk kuliah. Menurutnya, ketika masih bekerja, sebagian penghasilannya ditabungkan untuk bekal kuliah, termasuk dari hasil berjualan cilok. “Saya ingin sekali kuliah, tapi orangtua saya tidak mampu. Makanya, saya harus mengumpulkan uang dari bekerja untuk mewujudkan cita-cita berkuliah,” ujarnya.
Selain untuk kuliah, lanjut Nova, dirinya bekerja keras mencari uang juga untuk membantu perekonomian keluarganya. Menurutnya, meski dia harus menjadi tulang punggung keluarganya, namun dirinya menjalaninya dengan ikhlas.“Sudah 4 bulan saya berjualan cilok. Ya setelah habis kontrak sebagai pengajar Bimbel,” ujarnya.
Menurut Nova, awal mula dirinya berjualan cilok, ketika bertemu dengan seorang kakek penjual cilok. Dari pertemuan itu, kemudian dirinya berminat untuk mencoba dagang cilok keliling. “Kakek itu memberi nomor telepon seorang produsen cilok. Setelah itu, saya datang ke sana dan akhirnya mendapat pasokan cilok dari produsen,” katanya.
Nova pun mengaku bahwa tidak mudah menjadi seorang pedagang keliling. Selain harus mempersiapkan fisik, juga harus memiliki mental yang kuat. “Yang utama sih mental. Kalau fisik saya pasti kuat berjalan dengan jarak jauh, karena masih muda. Kalau mental harus benar-benar dipersiapkan, karena tidak sedikit orang yang mencemooh dan ada juga yang menghina. Tapi itu saya anggap sebagai tantangan dan penyemangat,” ujarnya.
Nova menceritakan, saat bekerja di bank, penghasilannya memang cukup untuk menabung dan membantu orangtuanya. Namun, kata dia, setelah dirinya mengikuti berbagai kajian keagamanan, ternyata apa yang dikerjakannya bertentangan dengan syariat. “Ini sih prinsip saya ya. Ketika agama melarang riba, mau tidak mau kita sebagai orang beragama harus patuh terhadap ajarannya. Makanya, ketika saya mengetahui hal itu, langsung memutuskan untuk berhenti menjadi pegawai bank. Meski bank tempat saya bekerja memakai sistem perbankan syariah,” katanya.
Perempuan bercadar ini mengaku dirinya sangat menikmati dengan kesederhanaan. Baginya, meski penghasilan yang didapat dari jualan cilok tidak sebesar pekerjaan sebelumnya, namun membuat dirinya nyaman. “Yang penting berkah. Dan saya juga yakin dari usaha jualan cilok bisa mengantarkan saya memiliki biaya untuk kuliah,” pungkasnya. (Fahmi/Koran-HR)