Sejumlah penelitian menemukan bahwa cokelat dapat meredakan batuk. Namun, cokelat yang dimaksud bukanlah jenis batangan, tetapi bubuk kakao yang menjadi bahan dasar pembuatan cokelat.
Dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (30/01/2019), penelitian yang dilakukan Profesor Alyn Morice, kepala penelitian kardiovaskular dan pernapasan di University of Hull di Yorkshire, Inggris, bersama anggota pendiri Masyarakat Internasional untuk Studi Batuk, di University of Hull di Yorkshire, Inggris, mengeksplorasi kemanjuran pengobatan berbasis kakao, dan menyebut bahwa cokelat dapat meredakan batuk.
Dalam penelitian tersebut mereka melibatkan 163 responden dengan kondisi batuk akut, seperti pada umumnya batuk juga sepaket dengan flu, pilek, atau bronkitis parah. Penelitian yang dinamai Rococo Study itu, secara acak responden diberi resep sirup obat batuk biasa dan CS1002, yakni obat yang mengandung kakao.
Dalam waktu dua hari, responden yang menggunakan obat berbasis kakao terbukti membaik secara signifikan, dibandingkan dengan responden yang menerima resep obat batuk biasa.
Sejak itu, CS1002 yang dilisensikan dengan nama merek Unicough, juga mampu mengurangi frekuensi batuk serta gangguan tidur dalam waktu dua hari. Dari jumlah responden yang menerima obat berbasis kakao, hampir seperempatnya langsung menghentikan pengobatan setelah kondisinya kian membaik.
“Meski titik akhir primer tidak tercapai, namun CS1002 dikaitkan dengan pengurangan frekuensi batuk yang lebih besar, gangguan tidur, serta meningkatnya status kesehatan dibandingkan dengan SL,” tulis para peneliti dalam hasil penelitiannya.
Selain itu, Alyn Morice juga menyebut, bahwa hasil dari studi dunia nyata terbesar dari obat batuk bebas yang pernah dilakukan di Eropa itu baru saja masuk. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan kalau obat batuk yang mengandung kakao lebih baik dibandingka obat biasanya.
Hal ini juga bukan pertama kalinya cokelat disebut-sebut sebagai pereda batuk yang potensial. Sebelumnya, para peneliti berpendapat bahwa khasiat kakao lebih kental serta lebih lengket dibanding obat standar. Pasalnya, cokelat membentuk lapisan pada tenggorokan yang dapat membantu melindungi ujung saraf yang diketahui bisa memicu batuk.
Sementara, penelitian lain yang dilakukan oleh Morice dan rekannya menunjukkan kalau theobromine yang diekstrak dari kakao mampu menghambat aksi saraf sensorik. Di mana aksi tersebut diketahui dapat memicu refleks batuk. (Eva/R3/HR-Online)