Berita Gaya Hidup, (harapanrakyat.com),- Selain dianggap menganggu penampilan tubuh, lemak perut juga dapat menganggu fungsi otak. Penelitian terbaru menemukan keterkaitan antara lemak di perut dengan peyusutan volume abu-abu di dalam otak, yang sebagian besar mengandung sel saraf otak.
Seperti yang dilansir CNN, bahwa penelitian mengenai keterkaitan lemak perut dengan otak ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, peneliti mengukur indeks massa tubuh atau BMI, serta rasio pinggang-pinggul terhadap 9.652 orang paruh baya di Inggris. Hasilnya, hampir satu dari lima orang peserta dalam penelitian tersebut ditemukan mengalami obesitas.
Tahap selanjutnya, para peneliti melakukan tes MRI guna memindai volume otak peserta. Dalam hal ini, para peneliti memperhitungkan faktor usia, aktivitas fisik, tekanan darah tinggi serta kebiasaan merokok yang semuanya menjadi faktor pendorong terjadinya penurunan volume otak.
Hasil dari tahap kedua ini menunjukkan, orang dengan angka BMI serta rasio pinggang-pinggul yang tinggi ternyata memiliki volume materi abu-abu yang lebih rendah. Penulis dalam penelitian tersebut, Mark Hammer, menyebutkan, penurunan ukuran otak meningkat secara linear lantaran lemak pada bagian tengah tubuh, yakni perut, lebih besar.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology, Rabu (09/01/2019), menunjukkan kelebihan berat badan berkaitan dengan penyusutan di daerah tertentu dalam otak, seperti nucleus accumbens, pallidum, caudate dan caudate putamen. Semua bagian otak itu turut serta dalam mengatur motivasi serta penghargaan diri.
Mark Hammer mengatakan, tidak jelas apakah kelainan pada struktur otak menyebabkan obesitas, atau apakah obesitas menyebabkan perubahan struktur otak. Walaupun bukan barang baru, tetapi hasil penelitian tersebut dianggap kuat dengan adanya sampel penelitian yang melibatkan hampir mencapai 10 ribu orang.
Sementara itu, ahli psikiatri dari Stanford University, Cara Bohon, mengatakan, hubungan antara penurunan volume otak dan lemak di perut ini menunjukkan adanya peran serta dari faktor-faktor inflamasi dan vascular.
Meskipun penyebab hubungan antara volume otak dengan obesitas belum dapat dipastikan, namun Bohon menduga hal itu dipengaruhi oleh faktor nutrisi yang secara langsung menjadi penyebab seseorang obesitas.
“Penelitian di waktu yang akan datang harus mengeksplorasi unsur inflamasi, kesehatan jantung dan nutrisi untuk lebih memahami potensi hubungan antara kesehatan otak dengan masalah obesitas,” tandasnya.
Sebelumnya, penelitian Bohon menunjukkan bahwa penurunan berat badan bisa memperbaiki perubahan struktur otak. Penelitian ini juga menunjukkan, ketika seseorang kehilangan berat badan, maka volume otak pun secara tidak langsung bakal meningkat. (Eva/R3/HR-Online)