Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Gerombolan anak punk meresahkan warga Desa Cipaku, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Warga resah lantaran anak punk seringkali mengamen dan meminta makan dengan paksa dalam kondisi mabuk.
Nandi, warga RT 01 RW 01, Dusun Desa Cipaku, ketika ditemui Koran HR di kediamannya, Selasa (15/01/2019), menuturkan, dulu jaringan anak punk berkeliaran di wilayah perkotaan. Tapi sekarang sudah menyebar hingga ke pelosok desa.
Kepada Koran HR, Nandi mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan dan dari mana gerombolan tersebut berada di wilayah Cipaku. Hanya saja, satu dari anggota komunitas tersebut merupakan warga setempat.
“Seolah-olah Dusun Desa dijadikan sebagai lokasi titik kumpul. Meski, tidak mempengaruhi anak -anak lainnya, keberadaan anak ini seringkali membuat tidak nyaman. Terlebih, dalam kondisi mabuk, suka memaksa minta diberi makan. Mereka, maksa meminta ke rumah-rumah yang tidak ada suaminya,” katanya.
Di tempat terpisah, H. Atang, warga setempat, ketika ditemui Koran HR, Selasa (15/01/2019), menuturkan, keberadaan anak ini tidak sesuai dengan karakteristik kehidupan masyarakat desa. Sehingga mereka dianggap sebagai dari bentuk prilaku menyimpang.
“Masalah adanya warga Desa Cipaku yang menjadi anak seperti ini, sempat dibicarakan langsung dengan orang tuanya. Akan tetapi pihak orang tua justru beranggapan lain,” katanya.
Sekretaris Desa Cipaku, Elin Suherlin, ketika ditemui Koran HR, Selasa (15/01/2019), mengaku belum mendapatkan pengaduan dan laporan resmi dari masyarakat terkait keberadaan mereka.
Tapi, kata Elin, menurut informasi warga, anak-anak punk tersebut suka memaksa meminta diberi makan. Karena kondisinya sedang mabuk dan khawatir melakukan hal yang tidak diharapkan, maka warga selalu menuruti permintaan mereka.
Meski begitu, kata Elin, pemerintah desa belum melakukan tindakan apapun. Terlebih, sebagian dari komunitas anak punk merupakan anak di bawah umur. Pihaknya berharap ada upaya dari pihak yang lebih kompeten untuk memberikan pembinaan kepada anak-anak punk tersebut.
“Juga perlu adanya Pusat Latihan Anak Terpadu ( PLAT). Diberikan pembinaan baik skill maupun moralnya. Dengan harapan setelah keluar dari PLAT, mereka tidak ngumpul dengan anak punk lagi. Hanya saja, pada umumnya mereka ini berasal dari keluarga yang tidak harmonis, sehingga sulit terkontrol,” katanya. (Dji/Koran HR)