Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Orang tua siswa Kela V dan VI SDN 1 Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, memprotes usulan kegiatan Study Tour yang disodorkan pihak panitia. Hal itu terungkap pasca orang tua siswa dan pihak panitia menggelar musyarawah rencana Study Tour siswa, Senin (10/12/2018).
Orang tua siswa menilai pihak panitia tidak membaca kondisi ekonomi masyarakat. Pasalnya, pihak panitia terkesan mengharuskan kegiatan Study Tour tersebut ke objek wisata yang ada diwilayah Bandung.
“Lokasi wisata tujuan study tour yang ditawarkan pihak sekolah (panitia) dua-duanya di wilayah Bandung. Dan kesannya harus ke Bandung. Sebagai orang tua, kami keberatan. Apalagi biayanya mencapai Rp. 500 ribu persiswa,” kata orang tua siswa yang enggan disebutkan namanya, Selasa (11/12/2018).
Sumber HR meminta pihak panitia mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat, khususnya kondisi ekonomi orang tua para siswa. Jika tidak, lebih baik rencana kegiatan study tour ke Bandung itu dibatalkan.
“Dari dua lokasi tujuan rencana, hanya satu yang disertai rencana anggaran biayanya. Ini terkesan siswa harus melakukan study tour ke Bandung. Yang jelas, mayoritas orang tua siswa tidak setuju. Selain karena masalah ekonomi, juga biayanya terlalu mahal,” katanya.
Panitia Study Tour SDN 1 Ciakar, Ateng Sumitra, ketika ditemui Koran HR di ruang kerjanya, Selasa (11/12/2018), menjelaskan bahwa kegiatan study tour merupakan agenda rutin dua tahunan yang sudah berjalan di SDN 1 Ciakar.
“Ini (acara study tour) sudah rutin, dilaksanakan berdasarkan usulan siswa dan persetujuan orang tua,” katanya.
Terkait rencana study tour tahun ini, kata Ateng, pihak panitia menawarkan usulan dua objek wisata kepada para orang tua siswa. Pada saat musyawarah, mayoritas orang tua siswa menolak, sehingga belum ada keputusan pasti mengenai tujuan study tour tahun ini.
Senada dengan itu, Kepala SDN 1 Ciakar, Amir Hamjah, ketika ditemui Koran HR, Selasa (11/12/2018), menuturkan, musyawarah rencana study tour siswa kelas V dan VI belum membuahkan kesepakatan.
“Perbedaan, pro dan kontra dalam musyawarah merupakan hal yang wajar. Kami (sekolah) tidak masalah, kegiatan ini jadi ataupun tidak. Kalaupun jadi, pelaksanaannya harus pada hari libur sekolah agar tidak mengganggu proses belajar-mengajar,,” katanya. (Dji/Koran-HR)