Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Desa Wisata menjadi salah satu trend pariwisata saat ini. Begitu pula di Kabupaten Pangandaran dengan keanekaragaman sumber daya alam dan budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata, salah satunya Desa Wisata Selasari.
Desa Selasari memiliki potensi sumber daya alam, seperti sungai, hutan, kawasan pertanian, 100 buah goa bersejarah, tradisi, kuliner, serta berbagai macam kerajinan tangan. Desa Wisata Selasari sebenarnya telah dirintis sejak tahun 2014 oleh para pemuda setempat untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata yang berbasis alam.
Hal itu dikatakan pegiat Desa Wisata Selasari, Asep, kepada Koran HR, Selasa (13/11/2018). Dia menyebutkan beberapa potensi di Selasari yang telah dikembangkan, seperti Santirah River Tubing, Goa Lanang, Pepedan Hills, Goa Sutra Reregan dan Curug Cimanggu atau Cikole.
“Itulah beberapa destinasi yang sudah dirintis oleh para pemuda di Selasari. Masing-masing destinasi tentu saja memiliki keunikan yang berbeda. Misalnya Goa Sutra Reregan yang lokasinya mudah diakses wisatawan. Di sana terdapat temuan purbakala, ada gigi gajah purba, tembikar jaman purba dan ada bekas makanan manusia purba. Semua itu telah diteliti oleh Balai Konservasi dan Pelestarian Budaya,” jelasnya.
Menurut Asep, jika Desa Wisata Selasari benar-benar dikelola secara serius, dirinya yakin akan bisa mensejahterakan masyarakat setempat. Namun, yang lebih penting lagi dari konsep Desa Wisata ini adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Misalnya kepedulian terhadap lingkungan, pemberdayaan usaha kuliner lokal, kerajinan lokal, buah-buahan lokal, seni tradisi lokal, home stay, pertanian, dan sebagainya.
Dia juga menilai, melihat kecenderungan animo wisatawan untuk kembali ke alam sangat memungkinkan untuk memfasilitasi segmen pasar tersebut. Berbagai segmen pasar spesial interest atau minat khusus bisa dilayani di Desa Wisata Selasari, tergantung keinginannya.
Untuk mewujudkan semua itu tentu sangat tidak mudah, perlu dukungan berbagai pihak. Terpenting lagi dari masyarakatnya sendiri perlu mengenali dan sadar akan potensi yang mereka miliki.
“Kami berharap untuk semua stakeholder dapat membantu mewujudkan cita-cita kami. Seperti halnya saat Desa Wisata Selasari kedatangan mahasiswa dari Sekolah Pariwisata Bandung. Kedatangan para mahasiswa tersebut diharapkan bisa menjadi motivasi bagi warga setempat untuk terus semangat membangun desanya,” kata Asep.
Sementara itu, perwakilan dari mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR) Bandung, Lia Afriza, saat melakukan kunjungan ke Desa Wisata Selasari, pekan lalu, mengatakan, kedatangan dirinya bersama rekan-rekan kampusnya ke Desa Wisata Selasari dalam rangka praktik mata kuliah Manajemen Pengelolaan Destinasi Pariwisata.
Poin penting pada mata kuliah tersebut adalah, bagaimana masyarakat dapat berdaya dalam mengelola dan mengembangkan desa wisata sebagai destinasi yang kreatifitas dan inovasi, dan seperti apa masyarakat dalam mengembangkan desa wisata, khususnya di lokasi Desa Wisata Selasari.
“Kami ingin tahu bentuk pengelolaan seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat di sini, apakah melalui Kompepar, Karang taruna, dan apa arah pengembangan desa wisata sehingga masyarakat dapat meningkatkan income atau pendapatannya,” jelasnya.
Lia juga menambahkan, dirinya mengkritisi pengelolaan Desa Wisata Selasari dari segi perawatan atau maintenance yang terkesan kotor, seperti di Wisata Sutra Reregan, yang mana banyak terdapat ulet bulu, dan tanaman yang tidak terpelihara.
“Kita berharap kedepan fasilitas lebih ditingkatkan lagi, seperti lahan parkir, shelter atau tempat beristirahat, juga sinyal telepon harus lebih diperhatikan guna menunjang sarana informasi dan komunikasi. Hal ini sangat penting,” tandas Lia. (Madlani/Koran-HR)