Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Wilayah Kota Banjar dan sekitarnya kini sudah mulai memasuki musim penghujan. Sebagian masyarakat pun mengaku khawatir akan terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor.
Apalagi warga yang berada di sekitar sungai dan lereng pegunungan. Seperti halnya di RT.05, RW.01, Dusun Citangkolo, Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, yang berbatasan dengan Dusun Margaluyu, Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar.
Lokasinya berada di pinggir saluran irigasi. Hampir setiap hujan deras turun wilayah tersebut selalu diterjang banjir.
Mujianto, salah seorang warga Citangkolo, mengatakan, bencana banjir yang sering melanda wilayahnya ketika hujan akibat luapan irigasi, serta kiriman air dari Gunung Sangkur. Karena itu, bencana banjir sering melanda wilayah tersebut.
“Memang banjirnya tidak begitu parah dan hanya berlangsung paling sekitar dua hari. Meski begitu, kita ingin agar kejadian banjir tidak terjadi lagi,” katanya, kepada Koran HR, Selasa (06/11/2018).
Selain akibat luapan irigasi dan kiriman air dari pegunungan, lanjut Mujianto, banjir juga terjadi akibat dangkalnya saluran irigasi. Sehingga, ketika debit air tinggi yang datang dari berbagai penjuru maka terjadilah banjir.
Ia juga mengatakan, sebetulnya saluran irigasi pernah dikeruk. Tapi itu sudah lama sekali dan sekarang kembali dangkal. Sehingga wajar ketika hujan deras air di saluran irigasi selalu meluap.
Musim Hujan Irigasi Sering Meluap
Mujianto berharap, banjir di wilayahnya dapat diatasi dengan pengerukan sungai rigasi oleh pihak terkait. Jika tidak dilakukan pengerukan, maka banjir akan selalu menerjang, apalagi saat ini sudah masuk musim hujan.
“Di sini kan banyak warga yang berprofesi sebagai pembuat bata merah. Saat banjir datang, bata merah yang dalam proses pengeringan dan telah disusun selalu ambruk karena terjangan banjir. Sementara itu, bagi warga lainnya kondisi ini tentu saja mengganggu dan membuat lingkungan tidak nyaman,” kata Mujianto.
Keluhan serupa diungkapkan Mulyono, warga lainnya. Menurut dia, irigasi yang semakin dangkal itu berdampak buruk bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
Tapi mungkin karena bencana banjirnya tidak begitu parah, jadi sering kali luput dari perhatian pemerintah.
Sungai maupun irigasi wilayah kebijakannya di BBWS Citanduy. Jadi, kata Mulyono, sudah seharusnya mereka memperhatikan hal-hal yang terjadi semacam ini. Bukan membiarkannya begitu saja.
Sedangkan untuk pemerintah kota, pihaknya berharap bisa melakukan dorongan agar wilayah-wilayah yang sering diterjang banjir dapat dicarikan solusi bersama pihak terkait.
Selain mengenai sungai, lanjut Mulyono, kiriman air dari Gunung Sangkur begitu banyak. Hal ini juga perlu diantisipasi dengan tidak melakukan penebangan pohon yang berfungsi sebagai penyerap air.
Dengan begitu, saat hujan turun, air yang masuk ke wilayah pegunungan bisa terserap oleh pohon, bukan langsung turun ke pemukiman warga.
“Kalau ditebang pohonnya otomatis serapan airnya semakin berkurang. Akibatnya air akan langsung turun ke bawah. Makanya penebangan pohon di areal pegunungan jangan sampai merugikan masyarakat dengan kejadian banjir longsor. Untungnya saat ini hujannya belum begitu besar, dan sekarang belum banjir. Tapi nanti kalau sudah besar hujannya, pasti di sini banjir lagi,” ungkap Mulyono. (Muhafid/Koran HR)