Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Pengeroyokan dan penganiayaan oleh kakak kelas terhadap adik kelas terjadi di lingkungan MTs Al Amin Desa Cikaso, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Berdasarkan informasi, RA, siswa kelas 8 dikeroyok sembilan orang kakak kelasnya di sebuah kebun yang tak jauh dari lingkungan MTs.
RA mengalami beberapa luka lebam di bagian wajah. Ironisnya, kasus pengeroyokan tersebut luput dari pantauan pihak MTs. Bahkan tersebar kabar, rekaman video milik salah seorang siswa terkait peristiwa pengeroyokan tersebut sempat menjadi perbincangan dan viral di Grup Facebook Warga Tanjungsari.
Ketika dikonfirmasi Koran HR, Senin (26/11/2018), di kediamannya, di Dusun Panglanjan, Desa Tanjungsari, Kecamatan Banjaranyar, RA membenarkan, dirinya sempat dikeroyok kakak kelasnya di sebuah kebun tanah kanjeng (blok makam), yang lokasinya tidak jauh dari MTs.
“Saya tidak tahu masalah yang sebenarnya, tiba-tiba saja saya dikeroyok oleh kakak kelas saya, semuanya ada 9 orang,” katanya.
RA pun menceritakan kronologis awal mula dirinya menjadi korban pengeroyokan kakak kelasnya. Menurut pengakuan RA, sebelum kejadian dirinya sempat adu mulut dengan teman peremuan yang masih satu kelas.
“Saat itu saya sedang melaksanakan kegiatan belajar, menulis apa yang guru tulis di papan tulis. Namun saat itu, teman saya (perempuan) terus menghalangi pandangan saya. Karena saya merasa kesal, saya pun menegur dia. Entah kata-kata saya yang kasar, karena spontanitas, tiba-tiba teman saya itu menangis,” katanya.
Berselang dari kejadian itu, RA menduga, teman perempuan satu kelasnya itu mengadu kepada pacarnya. Karena setelah itu, pacar dari teman peremuannya mengajak dirinya berduel dan menyebutnya banci.
“Maka tantangan dia pun saya ladeni, hingga akhirnya saya sempat berduel dengan pacarnya itu. Dalam duel itu, saya berhasil membuat dia tidak berkutik. Mungkin karena merasa kalah, dia lantas mengajak teman-temannya untuk mengeroyok saya. Karena mereka sembilan orang, akhirnya saya babak belur,” katanya.
Sementara itu, orang tua RA, Koswara (40) dan Ny. Iim Turyani (37), ketika ditemui Koran HR, Senin (26/11/2018), mengaku sempat syok saat mendengar anaknya dianiaya oleh kakak kelasnya.
“Jelas saya merasa sakit saat mendengar anak saya mendapat perlakuan seperti itu dari kakak kelasnya. Awalnya saya tidak curiga terhadap anak saya. Hanya saja waktu itu, Hari Kamis, anak saya pulang lebih awal. Biasanya pulangnya pukul 14.00 WIB. Kecurigaan saya bertambah saat melihat kondisi pakaiannya kotor. Saat saya tegur, dia mengaku habis disuruh orang mengambilkan mangga. Keesokan harinya anak saya ngomong ingin pindah sekolah. Saya kaget, dan setelah saya cecar dengan pertanyaan, ia mengakui telah dikeroyok,” katanya.
Sejak kejadian itu, kata Koswara dan Iim, anaknya terlihat seperti trauma dan tidak mau berangkat sekolah sampai hari ini. Pihak MTs pun datang untuk membujuk RA agar mau sekolah lagi. Pihak keluarga sepakat memaafkan kejadian tesebut, dengan catatan tidak terulang kembali.
“Jika nanti terulang lagi, mungkin kami akan langsung melaporkan kasusnya kepada pihak berwajib. Mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Kami berharap pihak sekolah senantiasa memantau kegiatan anak-anak, terutama pada waktu jam belajar,” katanya.
Di temui terpisah, Selasa (27/11/2018), Kepala MTs Al Amin Cikaso, Wasbir, S.AG, tidak menyangkal peristiwa pengeroyokan terhadap RA yang dilakukan kakak kelasnya. Namun menurut dia, persoalan tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
“Sabtu kemarin kedua belah pihak didampingi orang tuanya telah kita pertemukan. Semuanya sepakat untuk saling memaafkan. Dari hasil pemeriksaan guru BP, pengeroyokan itu bukan oleh sembilan orang, tapi saat kejadian memang korban sempat dipegangi beberapa kakak kelasnya. Dan yang memukulinya hanya satu orang. Korban juga tidak mengalami luka yang membahayakan jiwanya. Hari ini, korban sudah kembali mengikuti kegiatan belajar di sekolah,” katanya. (Suherman/Koran-HR)