Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Second House Movement Bandung dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Banjar menggelar diskusi gerakan mahasiswa dan suara kelompok milenial di Gedung Pusdai Kota Banjar. Kegiatan tersebut diikuti oleh puluhan aktivis mahasiswa yang ada di Banjar, seperti GMNI, PMII, HMI, IMM, IPNU maupun BEM se-Kota Banjar, Rabu (17/10/2018).
Dalam diskusi tersebut, langsung diisi oleh pegiat second house, Fahmi Iswahyudi dan Direktur PT. Harapan Rakyat Media, Subakti Hamara.
Fahmi Iswahyudi, dalam pemaparannya menjelaskan, kaum milenial saat ini memiliki peluang sangat besar dalam pembangunan bangsa Indonesia. Apalagi peran kaum milenial yang merupakan pemuda saat ini sangat penting dalam dunia politik maupun bidang-bidang lain yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
“Kita tahu sendiri saat ini serba teknologi yang menjadi tantangan sendiri. Maka dari itu pentingnya pemuda sekarang memiliki pengetahuan, kreativitas dan inovasi,” katanya.
Menurutnya, saat ini tantangan pemuda adalah mampu bersaing bukan hanya di daerah saja, akan tetapi bisa berkompetisi hingga internasional.
Sementara itu, Subakti Hamara, dalam pemaparannya, gerakan mahasiswa saat ini diharapkan harus berbasis riset dan data. Pasalnya, sesuai tantangan saat ini penyebaran hoaks sangat merajalela, terlebih pada tahun-tahun politik.
“Kita melihat banyak sekali pergerakan dari mahasiswa saat ini dikendalikan oleh elit-elit politik. Padahal, mahasiswa itu harus memiliki pendirian sesuai dengan jati diri mahasiswa, yakni menjadi pribadi yang bisa menjawab tantangan zaman dengan pengetahuan dari kampus,” jelasnya.
Dengan kondisi saat ini yang mana penyebaran hoaks semakin membabi buta, lanjut Subakti, mahasiswa maupun pemuda harus lebih cermat dalam menerima berbagai informasi, apalagi yang berkaitan dengan politik.
“Berdasarkan hasil penelitian, partisipasi kaum milenial dalam dunia politik mengalami kenaikan, termasuk di bidang lain. Maka dari itu, peran mahasiswa dalam mengubah kondisi itu harus sesuai dengan hasil riset dan data, bukan asal menganalisa informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan,” pungkasnya.
Diketahui, second house movement merupakan ruang untuk anak-anak muda dari berbagai latar belakang, terutama aktivis dari berbagai organisasi, yang ingin lebih peka terhadap isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kaum milenial. (Muhafid/R6/HR-Online)