Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Pelajar SMK Informatika Ciamis gelar deklarasi dan tanda tangan bersama menolak prilaku Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dilapangan sekolah. Kegiatan tersebut sebagai bentuk keprihatinan semakin banyaknya prilaku LGBT.
Ramainya pemberitaan terkait LGBT dikalangan pelajar seperti yang terjadi di Garut sangat meresahkan pelajar dan perlu disikapi secara serius oleh seluruh kalangan.
Deklarasi tersebut menurut Ervan Firman, siswa Informatika, sebagai bentuk pencegahan dan peringatan kepada kalangan pelajar untuk menjauhi prilaku menyimpang LGBT.
“Deklarasi dan penandatanganan ini sebagai bentuk penolakan sekaligus juga bentuk perlawanan dalam memerangi prilaku LGBT terutama dikalangan pelajar, yang kian hari disinyalir merebak dimana-mana, bahkan bisa terjadi di kabupaten ciamis. Prilaku menyimpang itu sudah dipastikan bisa merusak tatanan sosial dan generasi bangsa Indonesia,” jelasnya kepada HR Online Selasa (16/10/2018).
Sebagai bentuk pencegahan, lanjut Ervan, dirinya beserta siswa lainnya dan didukung para guru, menghimbau seluruh pelajar untuk tidak terjerumus berprilaku menyimpang LGBT, selain merugikan diri sendiri juga akan merugikan keluarga dan masyarakat luas,
“Saya berharap di Ciamis prilaku LGBT dikalangan pelajar tidak banyak, meski tidak menutup kemungkinan ada pelajar yang telah berprilaku menyimpang. Dan saya berharap kepada pelajar yang sudah berprilaku menyimpang untuk segera bertobat dan berprilaku sesuai kodratnya,” harapnya.
Prilaku menyimpang tersebut sangatlah dibenci Tuhan, untuk itu Ervan menegaskan agar mereka yang menyimpang segera bertaubat sebelum terkena azab. “Untuk itu kami menolak keras prilaku LGBT dikalangan pelajar di kabupaten Ciamis,” tegasnya.
Ditemukannya akun gruop media sosial yang beranggotakan penyuka sesama jenis Gay di Kabupaten Garut beberapa waktu lalu, mengundang keprihatinan mendalam dari Fuad Hasan, guru pendidikan agama di kabupaten ciamis.
“Apalagi mereka itu masih berstatus pelajar SMP dan SMA. Lebih parahnya lagi, mereka dengan terbuka berkomunikasi secara terbuka di akun gruop media sosial, dan itu bisa diakses oleh siapa saja, termasuk bisa mempengaruhi pelajar lain yang belum terpapar,” ucapnya.
Kondisi tersebut menurut Fuad Hasan, tidak menutup kemungkinan bisa saja sudah terjadi di kabupaten ciamis, akan tetapi mereka masih belum berani seterbuka seperti di Garut.
“Oleh karena itu, perlu ada langkah konkrit dan sistematis dari seluruh elemen pendidikan di Indonesia untuk bisa membendung prilaku menyimpang LGBT terjadi merebak dikalangan pelajar. Bangsa dan negara ini harus diselamatkan dari ancaman prilaku menyimpang yang akan memangsa pelajar,” tegasnya.
Deklarasi penolakan ini sebagai salah satu upaya pencegahan dan perlawanan kepada prilaku menyimpang LGBT, serta memberitahukan kepada para pelajar bahwa jangan terpengaruh bahkan terjun dan bergaul dengan mereka yang sudah berprilaku menyimpang.
“LGBT ini sudah menjadi virus sangat membahayakan bagi kalangan pelajar, dari prilaku menyimpang itu juga, orang bisa terpapar penyakit mematikan seperti HIV AIDS dan penyakit lainnya,” tandasnya. (es/R1/HR-Online)