Berita Ciamis (harapanrakyat.com),- Ekspresi wajah Asep Saefulloh (40), warga Dusun Gadog, Desa Sukahurip, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terlihat masih shock, ketika menceritakan peristiwa bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, pada Jum’at (28/09/2018) lalu. Asep adalah saksi hidup ketika gempa dasyat itu mengguncang Palu. Dia pun selamat ketika gelombang tsunami tinggal beberapa meter lagi akan menerjang tempat tinggalnya.
Usai menggelar silaturahmi dengan Bupati Ciamis, Iing Syam Arifin, di Pendopo Bupati Ciamis, Kamis (18/10/2018), Asep menceritakan, beberapa menit sebelum terjadi gempa dasyat dan kemudian disusul bencana tsunami, posisinya waktu itu tengah berada di dekat laut. Kebetulan dia adalah seorang PNS Kementerian Perhubungan yang bekerja di bagian teknis bongkar muat pelabuan. Dia pun sudah tinggal selama 12 tahun di Kota Palu.
“Saat itu menjelang Magrib, saya hendak pergi ke mesjid sebelum pulang ke rumah. Ketika keluar dari gerbang pelabuan dengan mengendarai sepeda motor, saya merasakan geteran gempa yang cukup kencang,” ujarnya.
Awalnya, lanjut Asep, dia bertahan dan terus melajukan sepeda motornya. Tetapi, karena getaran gempa semakin kencang, akhirnya dia pun terjatuh dari motor. “Saat terjatuh saya tidak bisa langsung berdiri, karena jalanan ikut bergoyang. Saya pun tiarap di atas aspal jalan sembari berdoa agar gempa segera berhenti,” katanya.
Setelah gempa berhenti, tambah Asep, dia melihat beberapa bangunan sudah robah. Dia lantas teringat anak dan istrinya yang berada di rumah. “Saya waktu itu khawatir nasib anak dan istri di rumah. Tanpa pikir panjang, saya langsung bergegas pulang ke rumah,” ujarnya.
Sesampainya di rumah atau lokasinya tak jauh dari tempat kerjanya, Asep melihat air laut sudah naik dan menerjang sebuah gudang di area pelabuan. Bahkan, beberapa kontener yang berada di pinggir laut pun terbawa oleh air laut yang naik dan menerjang ke darat.
“Saya bersama anak dan istri tinggal di mess yang lokasinya tak jauh dari pelabuan. Posisi mess memang tak jauh dari posisi laut. Makanya, saat air laut menerjang gudang barang pelabuan, terlihat dari mess tempat tinggal saya,” terangnya.
Asep pun mengaku dirinya sadar bahwa air laut yang menerjang gudang pelabuan itu adalah gelombang tsunami. Tanpa pikir panjang, kata dia, dirinya langsung membawa anak dan istrinya dengan menggunakan sepeda motor untuk menyelamatkan diri ke tempat aman.
“Saat kejadian tsunami semua orang panik. Anak dan istri saya pun tak henti-hentinya menangis. Namun, saya waktu itu berusaha tenang sembari berdoa agar Allah SWT bisa menyelamatkan keluarga kami,” katanya.
Beruntung, tambah Asep, selama di perjalanan, dirinya bersama keluarganya diberikan keselamatan. Dia pun kemudian sampai ke tempat aman dan bisa selamat dari amukan gelombang tsunami.
“Saat dipastikan berada di tempat aman, baru saya merasakan kaget dan shock. Karena beruntung sebelum kejadian tsunami posisi saya mau pulang ke rumah. Kalau saya waktu itu masih berada di kantor, mungkin kejadiannya akan lain. Alhamdulilah kami sekeluarga masih diberi keselamatan,” ujarnya.
Asep pun mengatakan dirinya akan kembali ke Palu. Karena dirinya terikat pekerjaan sebagai PNS di Kementarian Perhubungan yang bertugas di pelabuan Palu. “Tapi anak istri saya tidak akan dibawa ke Palu. Mereka sementara tinggal di Ciamis menunggu kondisi di Palu benar-benar pulih pasca bencana,” katanya.
Asep mengungkapkan, selain agar keluarganya hidup nyaman dan terjamin berada di kampung halaman, dirinya memutuskan pulang ke Ciamis pun bertujuan untuk menenangkan diri.
“Kami butuh suasana nyaman untuk menenangkan diri dan menjauhkan penglihatan mata dari sisa-sisa bencana. Bayangkan saja, saat saya menyelamatkan anak dan istri dari dalam rumah, posisi gelombang tsunami yang naik ke darat kurang lebih sekitar 30 meter ke posisi rumah saya. Kalau saya telat beberapa menit saja, mungkin ceritanya lain,” ungkapnya sembari menambahkan mess tempat tinggalnya pun mengalami kerusakan akibat gempa dan tsunami.
Sementara itu, pasca terjadi bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Asep Saepulloh pulang kampung ke Ciamis membawa istri dan dua anaknya. Adapun warga Ciamis lainnya yang sama merantau di Palu, yakni Harun Saepudin, warga Cihaurbeuti, seorang pedagang, juga membawa istri dan satu anaknya. Sedangkan Arif Saeful Bahri, seorang pedagang, warga Cihaurbeuti, membawa istri dan anaknya dan Sutoyo, seorang pedagang, warga Kelurahan Sindangrasa, Kecamatan Ciamis, membawa 7 anggota keluarganya. (Her2/R2/HR-Online)