Penyebab saraf kejepit di leher bisa terjadi akibat adanya riwayat cedera leher. Namun, sering pula terjadi secara spontan tanpa tahu penyebabnya secara jelas.
Salah satu penyebab saraf kejepit di leher ternyata hal yang sering dilakukan, yakni menghentakkan leher hingga terdengar bunyi ‘krek’.
Dirangkum dari berbagai sumber, Jum’at (26/10/2018), jepitan saraf di leher atau dikenal cervical disc herniation adalah kondisi di mana isi bantalan tulang leher bocor keluar dan menjepit saraf leher. Umumnya jepitan saraf leher terjadi pada orang berusia 30-50 tahun. Tapi bisa juga terjadi pada usia yang lebih muda maupun yang lebih tua.
Spesialis Saraf RS Siloam Kebon Jeruk, dr. Phedy, Sp.OT-K, menjelaskan, gerakan berulang yang salah, seperti halnya sering menghentakkan leher ke kiri atau kanan dan dilakukan berulang, itu adalah gerakan berbahaya. Namun orang tersebut tidak merasakan apa-apa.
“Padahal gerakan seperti itu yang membuat 70 persen terjadinya kasus saraf kejepit pada leher,” terang Phedy.
Hentakan tersebut membuat beban berlebih pada bantalan dibagian leher. Dengan begitu, bantalan leher yang kondisinya sudah tak berfungsi secara baik mengakibatkan saraf kejepit pada leher berpotensi semakin besar.
Hal itu karena bantalan di leher sifatnya membal atau bisa kembali ke bentuk semula. Jika bantalannya masih bagus, maka leher masih dapat bergerak seperti biasa. Namun, bila bantalannya sudah rusak maka kerusakannya pun akan permanen.
Phedy menyarankan gerakan menghentakkan leher tersebut harus bisa diminimalisir, bahkan lebih baik lagi dihindari. Kalau tetap ingin melakukan peregangan leher, disarankan jangan dengan cara menghentakkan leher secara tiba-tiba. Gerakan saja secara perlahan-lahan, miringkan ke kiri dan kanan sehingga leher siap menerima gerakan tersebut.
Selain itu, pada kasus saraf kejepit, memijat leher juga tidak berpengaruh. Pada intinya, jangan menghentakkan leher, apalagi hingga terdengar bunyi “krek.” (Eva/R3/HR-Online)