Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Temuan goa baru di Pangandaran, seperti tak ada habisnya. Setelah ditemukan ratusan goa di wilayah selatan Jawa Barat ini, kini muncul temuan goa lainnya yang sebelumnya jarang terjamah manusia. Goa itu berada di Desa Jadimulya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran. Yang menarik, di goa itu ditemukan bunga anggrek langka dan jejak seekor kucing besar.
Sebelumnya sudah ditemukan beberapa goa di wilayah Desa Jadimulya, yakni Goa Sinjang Lawang, Goa Wayang, Goa Apu, Goa Bagong, Goa petir, Goa Macan, Goa Patapan dan Goa Lanang. Kini ditemukan lagi beberapa goa baru di sekitar goa yang sebelumnya sudah ditemukan dan sudah menjadi tempat objek wisata alam.
Penggerak Parawisata yang juga pengeksplore beberapa goa di Kabupaten Pangandaran, Asep Kartiwa, mengatakan, dirinya bersama tim yang terdiri dari 6 orang mengeksplore beberapa goa yang sebelumnya tidak dijamah lagi manusia. Warga setempat, kata dia, meminta tim eksplore wisata alam Pangandaran untuk melakukan penelitian di goa tersebut.
“Warga di sini memberitahu kepada kami bahwa di sekitar Goa Apu dan Goa Bagong masih terdapat goa yang belum tereksplore. Bahkan, goa itu tidak pernah lagi dijamah manusia, karena di dalamnya banyak binatang buas,” ujarnya, saat ditemui di kawasan goa di Desa Jadimulya, Kecmatan Langkaplancar, Selasa (11/09/2018),
Pada Selasa (11/09/2018) itu, tim mencoba memasuki sebuah goa yang berada di dekat Goa Apu dan Goa Bagong. Goa itu, belum diberinama oleh warga sekitar, karena memang tak pernah terjamaah lagi manusia.
“Yang membuat kami penasaran dan bersedia mengeksplore goa baru ini, karena ada kabar dari warga terkait keberadaan hewan langka sejenis kucing berukuran besar di dalam goa tersebut,’ kata Asep.
Setelah sampai di lokasi, lanjut Asep, benar saja di mulut goa timnya menemukan jejak kaki hewan besar. Jejak itu diduga kaki kucing besar yang beberapa bulan terakhir ini menjadi perbincangan warga sekitar. “Warga takut mendatangi goa ini karena ada kucing besar. Katanya kucing besar ini buas dan khawatir melukai manusia,” ungkapnya.
Dalam waktu hampir dua jam, terang Asep, timnya masuk dan mengelilingi goa tersebut. Setelah masuk ke dalam goa, tim kembali menemukan jejak kaki kucing besar. Jejak kaki tersebut lebih jelas dari yang berada di mulut goa. Jajak kaki diperkirakan panjangnya 6 cm dan lebar 5 cm.
“Waktu itu kami berhati-hati sembari membawa senjata tajam. Karena khawatir kucing itu muncul dan menyerang kami. Tetapi setelah ditelusuri sampai ke celah goa, kucing itu tidak kami temukan,” ujarnya.
Namun, kata Asep, tak jauh dari posisi temuan jejak kaki, ternyata ditemukan kotoran hewan. Jika dilihat dari bentuknya, mirip seperti kotaran kucing. “Kami menduga itu kotoran kucing besar yang disebut warga di sini. Selain itu, kami juga menemukan jejak kaki hewan Landak di celah-celah kecil goa,” terangnya.
Setelah memastikan tidak ada kucing besar di goa tersebut, kata Asep, tim kemudian melanjutkan identifikasi goa. Mulut goa diperkirakan memiliki lebar 8 meter, tinggi 6 meter dan kedalaman sekitar 70 meter. Lubang goa mengarah ke atas dengan lubang lainnya lebih sempit dari lubang pertama.
Stalagtit dan Stalagmit sekitar 60 % masih aktif. Juga terlihat tetesan air masih mengalir dari ujung-ujung stalagtit. “Kami menemukan beberapa jenis ornamen goa seperti stalagtit, stalgmit, column dan flowstone. Di luar goa kami menemukan tebing dengan keterjalan 90 derajat dengan batuan kapur dan ketinggian sekitar 100 meter,”
Di lokasi itupun, kata Asep, timnya menemukan beberapa lubang yang tertutup dengan bongkahan patahan stalagtite yang jatuh. Diperkirakan lubang besar berada dibalik bongkahan tersebut.
Sementara itu, warga setempat, Yaya, mengatakan, berdasarkan cerita orangtua setempat, goa itu pernah dijadikan tempat pengungsian pada zaman penjajahan Belanda dan zaman pemberontakan DI TII. “Waktu itu warga harus mengungsi karena terjadi peperangan. Kemudian mencari tempat persembunyian yang aman. Dan ditemukanlah goa tersebut,” ujarnya.
Selain aman dari peperangan, tambah Yaya, goa itu pun memiliki ukuran yang sangat luas, sehingga bisa menampung banyak warga yang mengungsi. “Namun, setelah itu tidak lagi warga yang berani menginjak ke goa tersebut. Karena takut banyak binatang buas dan kondisinya sangat angker,” terangnya.
Temuan Bunga Anggrek Langka
Setelah menelusuri temuan goa baru di Pangandaran itu, kemudian tim eksplore wisata alam berpindah menelusuri goa yang berada di sampingnya. Goa itu sudah diberinama oleh warga sekitar, yakni Goa Apu.
Menurut Asep, Goa Apu memilki lebar sekitar 60 meter dan panjang sekitar 50 meter serta ketinggian sekitar 12 meter. Yang unik, di goa ini terdapat ornamen yang memilki bentuk seperti batuan kristal. Staglagtitenya pun masih kelihatan aktif.
“Di sini kami juga menemukan Bunga Anggrek Kantung Semar yang terbilang langka. Kami berharap anggrek ini bisa dilindungi jangan dipindahkan ke taman di rumah-rumah. Kebetulan ada beberapa anggrek yang sedang berbunga. Ukuran anggrek panjangnya sekitar 3-4 cm, lebar sekitar 2-3 cm dan bentuknya tabung. Di Goa Apu pun kami menemukan jejak kucing besar dan kotoran kucing besar,” ujarnya.
Asep menjelaskan, hasil penelitiannya, kawasan goa di wilayah Desa Jadimulya sangat potensial dijadikan destinasi wisata minat khusus. Selain itu, harus juga ditetapkan sebagai kawasan lindung binatang langka dan tanaman langka.
“Memang kucing hutan di beberapa daerah lain pun ada. Namun, menurut warga sekitar, kucing hutan yang berada di sini bentuknya berbeda atau hampir menyerupai harimau. Namun sayang kami tidak menemukan kucing tersebut,” ujarnya.
Sementara terkait Bunga Anggrek Kantung Semar, kata Asep, keberadaanya sangat langka. Selain berada di hutan, bunga jenis itupun tak sembarang tumbuh. “ Dengan begitu, perlu campur tangan pemangku kebijakan untuk menetapkan kawasan goa ini sebagai hutan lindung. Hal itu untuk melestarikan temuan langka dan tentunya akan menjadi asset besar bagi Kabupaten Pangandaran,” pungkasnya. (Aceng/Koran-HR)