Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Perayaan HUT (Hari Ulang Tahun) pendeklarasian Gong Perdamaian Dunia ke 9, di situs budaya Ciungwanara, Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Minggu (09/09/2018), tampaknya dimanfaatkan untuk mempromosikan wisata budaya Galuh.
Promosi budaya melalui event Pesona Galuh Nagari ini menampilkan sejumlah kesenian dari Tatar Galuh Ciamis seperti seperti Bebegig, Ebeg dan Wayang Landung.
Setelah prosesi gong dibunyikan yang dipukul oleh beberapa tokoh dan budayawan, kemudian digelar ritual Galuh Susuci di mata air Cikahuripan. Ritual itu hanya sebatas pelestarian kearifan lokal untuk memperkenalkan kekayaan budaya Galuh yang begitu besar.
Tak hanya dari sisi budaya, para pelaku usaha lokal pun ikut dilibatkan untuk mempromosikan produknya
pada gelaran ekspo produk unggulan Ciamis.
Untuk lebih menarik kunjungan wisatawan ke acara tersebut, pihak panita mendatangkan mantan vokalis band ST 12 Charly Van Houtten yang juga seorang penggiat budaya sunda. Charly tampil bersama Budayawan Sunda yang juga mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, untuk menghibur para pengunjung.
Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Ciamis, Budi Kurnia, mengatakan,
event besar ini merupakan momentum untuk memperkenalkan potensi parawisata Kabupaten Ciamis kepada wisatawan. Ciamis, sambung dia, memiliki potensi wisata yang jarang dimiliki oleh daerah lain di Indonesia.
“Ciamis ini kaya akan budaya dan sejarahnya, terutama terkait Kerajaan Galuh. Sudah banyak orang mengenal Galuh, tapi hanya sekedar tahu sejarahnya. Namun, terkait budaya Galuh belum banyak orang tahu. Makanya melalui event ini kami sodorkan kekayaan budaya Galuh, namun dikemas kembali dengan konsep kekinian. Hal itu agar mudah diterima masyarakat, khususnya generasi muda,” ujarnya.
Menurut Budi, nama Kerajaan Galuh atau kini akrab disebut Galuh sudah dikenal ke saentero Nusantara. Artinya, Galuh sudah memiliki nama besar dan layak dijadikan magnet untuk menarik wisatawan. “Makanya setiap kami membuat event selalu menyertakan nama Galuh. Hal itu untuk mengingatkan wisatawan agar ketika mereka mendengar kata Galuh langsung mengingat Ciamis,”ujarnya.
Budi menambahkan, peninggalan sejarah dan budaya Kerajaan Galuh tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Artinya, nama Galuh sangat besar hingga bisa dikenal secara luas. Selain itu, Kerajaan Galuh pun dulunya sebagai kerajaan yang menyebarkan peradaban ke berbagai daerah di Nusantara. “Seperti Hindu Bali dulunya itu sunda kecil. Kemudian membuat sebuah peradaban baru yang akhirnya lahir Hindu Bali. Sebelum wilayah Indonesia dikenal dengan istilah nama Nusantara, dulunya disebut Galuh Agung. Jadi, begitu besar peran Galuh dalam perjalanan peradaban di Indonesia,” terangnya.
Dipilihnya Ciamis sebagai tempat penyimpanan Gong Perdamaian pun, kata Budi, tak lepas dari perjalanan historis Kerajaan Galuh. Karena peradaban yang dikembangkan Galuh pada waktu itu lebih menerapkan prinsip-prinsip nilai perdamaian.
“Jadi, dalam penempatan gong perdamaian dunia tidak sembarangan. Harus ada nilai historis dan budaya yang bisa mendukung tujuan dari gong tersebut. Pemilihan tempat pun diatur oleh sebuah lembaga yang mengurus kampanye Gong Perdamaian Dunia. Lembaga itu memiliki anggota di 273 negara di dunia,” pungkasnya. (Her2/R2/HR-Online)