Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Penangkapan seekor babi hutan yang masuk ke perkampungan penduduk pada Jum’at (23/09/2018) lalu dan kemudian dibunuh oleh warga, di Dusun Cikawunggunung, Desa Sindangsari, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tampaknya bikin geger. Pasalnya, kini muncul isu babi ngepet setelah babi hutan yang memiliki bobot satu kwintal itu kepergok warga tengah mondar-mandir di halaman rumah warga setempat.
Kejadian itu kemudian menjadi perbincangan warga setempat. Bahkan, informasi itu sampai meluas dari mulut ke mulut dan akhirnya menjadi isu hangat di Kecamatan Kawali dalam sepekan ini.
Untuk memastikan kabar tersebut, HR Online menemui Komar, salah seorang warga di Dusun Cikawunggunung, Desa Sindangsari, Kecamatan Kawali, Kamis (27/09/2018). Kebetulan dia ikut saat melakukan penangkapan babi hutan tersebut. Menurutnya, adanya kekhawatiran dari sebagian warga bahwa babi hutan yang ditangkap beberapa hari lalu adalah babi ngepet karena ada beberapa keanehan.
“Keanehan pertama, karena baru pertama kali ada babi hutan berkeliaran di halaman rumah warga atau tepatnya di Dusun Cikawunggunung. Kedua, tidak biasanya babi hutan berkeliaran pada sore hari serta tidak takut saat kepergok warga,” ujarnya.
Selain itu, kata Komar, saat warga melakukan penangkapan dengan dibantu alat perangkap jaring, babi hutan itu tidak bereaksi dan seperti kebingungan harus lari kemana. “Dengan mudahnya babi hutan itu masuk perangkap. Kami yang menangkapnya pun malah tidak kesulitan sama sekali. Makanya proses penangkapan tidak berlangsung lama,” ujarnya.
Namun, lanjut Komar, karena warga khawatir babi hutan yang bobotnya besar itu melakukan perlawanan dan dapat membahayakan keselamatan warga, ketika berhasil ditangkap langsung dibunuh. “Sebenarnya spontanitas karena warga ketakutan babi hutan itu melakukan perlawanan. Makanya, ketika terperangkap, warga yang memburu langsung menghajar hingga babi hutan itu mati,” katanya.
“Nah, ketika babi hutan itu mati dan kemudian dikubur, muncul dugaan dari adanya keanehan tadi. Dari situ awal mula isu babi ngepet. Padahal, menurut saya, bukan babi ngepet, tetapi babi hutan yang turun dari gunung sawal karena dihabitatnya kekurangan makanan akibat kemarau,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Nanang, warga lainnya. Dia mengatakan, dugaan warga soal babi ngepet sangat berlebihan. Menurutnya, meski baru pertama kali ada babi hutan berkeliaran di permukiman penduduk di Dusun Cikawunggunung, namun masih logis. Karena wilayah Dusun Cikawunggunung berdekatan dengan daerah kaki Gunung Sawal.
“Kalau babi hutan sudah kelaparan, mau sore atau malam bisa saja nekad turun ke perkampungan penduduk. Tapi wajar saja kalau warga khawatir, karena baru kali ini di kampungnya kedatangan babi hutan. Tetapi tidak perlu berpikiran yang berlebih dan malah irasional. Karena isu seperti itu malah membikin takut warga lainnya,” ujarnya.
Menurut Nanang, setelah muncul isu tentang babi ngepet, kini tidak sedikit warga yang ketakutan keluar rumah, apalagi di saat malam hari. “Sekarang kan jadi banyak warga yang takut karena ada isu tersebut. Makanya, tidak perlu berlebihan dan membesar-besarkan terkait hal ini,” pungkasnya. (Edji/R2/HR-Online)