Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah dilakukan secara turun temurun, ratusan warga di Dusun Karanghonje, Desa Sidamulih, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menggelar acara budaya yang diberinama ritual Babarit, Kamis (02/08/2018) tadi malam.
Ritual babarit ini ternyata tradisi warisan leluhur yang hanya ada di tiga desa di Kecamatan Sidamulih, yakni di Desa Cikalong, Desa Sidamulih dan Desa Kersaratu. Tradisi ini rutin digelar pada bulan Dzulkaidah atau bulan Hapit.
Tradisi babarit ini pun memiliki filosofi kebersamaan antar warga. Karena apabila acara ritual ini digelar, berarti warga di tiga desa itu tengah mengalami kesulitan. Makanya, pada acara tradisi ini, semua warga membawa makanan dari rumahnya dan kemudian berkumpul untuk saling mencicipi makanan yang mereka bawa.
“Kenapa acara babarit ini digelar pada bulan Dzulkaidah atau bulan Hapit? Karena warga di sini meyakini bahwa pada bulan Dzulkaidah atau bulan Hapit adalah waktu datangnya kesusahan,” kata Ketua Lembaga Adat Kabupaten Pangandaran Erik Krisna Yudha Astra Wijaya Saputra, usai acara.
Kesusahan dalam hal ini, lanjut Erik, seperti masa paceklik pertanian, karena mayoritas warga di sini bertani. Kebetulan pada saat ini tengah terjadi kamarau, dimana banyak warga yang tidak bisa bertani karena tidak ada persedian air.
“Tradisi babarit ini digelar setiap tahun satu kali. Tradisi ini memiliki makna kebersamaan antar warga. Artinya, meskipun di masa sulit, tetapi warga tetap bersatu dan saling membantu satu sama lainnya. Makna dari tradisi ini memang sangat luar biasa, dimana rasa persaudaran antar warga benar-benar terus dipupuk secara turun temurun,” ungkapnya.
Menurut Erik, di Kecamatan Sidamulih masih banyak warga yang memegang adat yang diwariskan oleh leluhurnya. Dia mencontohkan, seperti dalam pernikahan, warga di Kecamatan Sidamulih banyak yang menikah dengan orang satu kampung. Hal itu dilakukan agar tradisi yang diwariskan dari leluhurnya tetap terjaga dan tidak punah oleh jaman.
“Alasan nikah dengan orang satu kampung tujuannya untuk menjaga kelestarian tradisi dan budaya. Memang penyebab sebuah budaya punah salah satunya karena terjadi persilangan pernikahan dengan warga di luar wilayah adat,” ujarnya.
Meski warga Kecamatan Sidamulih banyak yang merantau ke luar daerah, lanjut Erik, namun kebanyakan dari mereka tetap menikah dengan orang satu kampung. “Meski merantaunya di saat belum menikah, tetap saja kabanyakan warga di sini mencari jodoh di kampungnya. Setelah menikah, kemudian pasangannya dibawa ikut merantau. Namun, ketika di masa tua atau setelah pensiun, biasanya mereka kembali ke kampungnya. Hanya memang sekarang tidak semua warga Sidamulih seperti itu. Tapi yang masih memegang adat, jumlahnya masih banyak,” pungkasnya. (Mad2/R2/HR-Online)