Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Puluhan kader Puskesmas se-Kota Banjar mengikuti pelatihan kader dalam upaya eliminasi bebas tubercolusis (TBC) tahun 2035. Kegiatan yang berlangsung di Gedung PCNU Kota Banjar tersebut digelar mulai Senin-Rabu, 27-29 Agustus 2018.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Koran HR, dalam pelatihan tersebut para peserta diberikan berbagai materi seperti ke-NU-an, praktik lapangan, investigasi kontak langsung untuk menemukan kasus TBC baru serta dibekali pengetahuan untuk mengedukasi masyarakat dalam hal penyakit TBC.
Sementara itu, pemateri yang mengisi di antaranya dari GP Ansor, Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Banjar, Dinkes Kota Banjar dan Koordinator LKNU Region Jabar.
Wahidan, pelaksana program eliminasi tuberkulosis berbasis masyarakat LKNU Banjar, mengatakan, penyakit menular TBC merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian pihaknya bersama Dinas Kesehatan.
Selain menular, penyakit TBC juga bisa berdampak kematian. Karena itu, pelatihan kader dari masing-masing Puskesmas yang ada di Banjar sangat diperlukan agar TBC di Banjar bisa semakin berkurang.
“Kita dari LKNU menargetkan pada tahun 2035 secara umum di Indonesia bisa bebas TBC. Untuk langkah-langkahnya kita terus melakukan koordinasi dengan semua pihak yang ada di daerah, termasuk dengan kader, Puskesmas, Dinas Kesehatan, Pemkot Banjar maupun dengan masyarakat langsung. Tujuannya, selain memberikan informasi serta edukasi kepada masyarakat, pola hidup sehat pun terus kita kampanyekan agar TBC bisa semakin berkurang,” katanya di sela-sela kegiatan, Selasa (28/08/2018).
Melihat dari jenis penyakit yang dapat menular, lanjut Wahidan, TBC yang sudah menjangkit ke masyarakat masih bisa dilakukan upaya pengobatan. Karena masih banyaknya masyarakat yang minim informasi, baik soal pengetahuan gejala dan penanganannya, maka dari itu pihaknya berusaha sekuat tenaga untuk menginformasikan dan mengedukasi masyarakat.
“Banyak sekali kendala yang dihadapi dalam penanganan TBC ini, baik dari masyarakat itu sendiri yang minim informasi maupun penanganannya. Maka dari itu, khusus di Kota Banjar kita harapkan adanya regulasi yang menanganani dan menanggulanginya, terutama soal penyakit menular seperti HIV/AIDS dan TBC,” imbuhnya.
Di lokasi yang sama, Ajat Sudrajat, Koordinator LKNU Region Jabar, mengatakan, penyebaran penyakit TBC bisa menular dari satu orang ke 10 hingga 15 orang. Dengan kondisi Jawa Barat yang merupakan wilayah sangat padat di Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan persebaran TBC tersebut begitu pesat.
“Persoalan yang dihadapi dalam hal ini adalah yang tidak tercatat terkena infeksi TBC. Dari jumlah sekitar 70 persen yang tercatat, 30 persen lainnya tidak tercatat dan ini yang harus menjadi perhatian,” katanya kepada Koran HR.
Ajat menambahkan, persoalan yang dihadapi di lapangan adalah masyarakat yang masih minim informasi soal TBC. Menurutnya, masyarakat masih banyak yang menganggap biasa gejala TBC dan akan memeriksakan ke medis ketika sudah parah. Dengan begitu, penyebaran TBC di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak.
“Penyakit TBC itu ada dua jenis, yakni jenis Paru dan Ektra Paru. Adapun untuk Indonesia itu menempati posisi kedua di dunia Negara yang terbanyak terkena TBC. Sementara itu, TBC merupakan penyakit nomor satu yang paling mematikan,” katanya lagi.
Dengan kondisi itu, Ajat berharap semua pihak untuk peduli dan sadar akan penyakit ini, terutama pemerintah bisa melakukan upaya serius dengan adanya regulasi penanganan dan pencegahan TBC.
“Kalau di Jawa Barat sepengetahuan saya baru di Cirebon yang sudah ada regulasi soal penanganan dan pencegahan penyakit menular, TBC dan HIV. Maka dari itu, sangat penting sekali peran semua pihak untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan ini,” pungkasnya. (Muhafid/Koran HR)