Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Universitas Padjajaran (Unpad) memiliki program Kampus Masuk Desa dan Desa Masuk Kampus, untuk diaplikasikan di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Program ini bertujuan agar petani mampu mengembangkan produknya dengan teknologi tepat guna, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah bagi kesejahteraannya.
Guru Besar Fakultas Pertanian, yang juga Direktur Inovasi, Korporasi Akademik, dan Usaha Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S., menilai, Kabupaten Pangandaran merupakan kabupaten yang luar biasa. Atas dasar itulah, pihaknya berkerjasama dengan Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI), turut serta mendorong kebijakan sinergitas dalam penguatan petani di Kabupaten Pangandaran, melalui promosi konsep jendela teknologi.
Untuk itu, Unpad bersama IPPHTI berkomitmen melakukan promosi sebagai implementasi ke petani serta nelayan, untuk membuktikan dan memberikan masukan ke Pemda Pangandaran agar kebijakan yang dikeluarkan lebih fokus pada petani secara langsung.
“Unpad komitmen selama pemkab wellcome dan mendukung kita siap hadir langsung di tengah masyarakat Pangandaran. Kita sudah mendampingi sekolah pertanian selama 2 tahun dari sisi pemanfaatan teknologi sebagai nilai tambah produk yang dihasilkan,” ujar Prof. Tualar, kepada HR Online, sela-sela kegiatan temu lapang petani di Aula Desa Ciganjeng, Rabu (21/08/2018).
Menurutnya, pemkab sendiri harus ada sinkronisasi dengan petani supaya seiring sejalan, karena perangkat di lapangan sudah bagus dan kompak, serta produk petani sudah masuk ke kampus, termasuk juga petaninya.
Guna menjadikan nilai tambah yang besar, tinggal kebijakan pemerintah daerah untuk mendorong pemasaran saja. Hal ini juga dalam rangka program Kampus Masuk Desa di Kabupaten Pangandaran.
Sedangkan, untuk rencana program Desa Masuk Kampus, lanjut Prof. Tualar, giatnya ke depan akan berskala Internasional. Pihaknya pun akan mengundang pengusaha dan pemilik modal di kampus Unpad. Sebagai pembicaranya langsung dari petani yang telah memanfaatkan teknologi tepat guna dalam mewujudkan ketahanan pangan dari perubahan iklim yang terus terjadi saat ini.
“Apa yang akan dikerjakan ke depan tinggal membangun sinergitas pemerintah daerah dan masyarakat petani dalam memasarkan produk unggulan. Seperti misalnya di hotel-hotel yang dipromosikan langsung oleh bupati. Jelas ini akan berbeda hasilnya,” kata Prof Tualar.
Sementara itu, Tahmo, salah seorang petani asal Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, mengaku, selama dua musim tanam dirinya telah dibekali ilmu dan pengetahuan teknologi dalam sekolah lapangan, yakni dengan praktek langsung di lapangan.
“Banyak manfaat yang saya dirasakan tatkala perubahan iklim terjadi, tetapi saya tetap bisa menambah penghasilan. Dengan teknologi tepat guna, tanah menjadi subur, tahan hama, dan juga air tidak tercemari, sehingga makanan yang dihasilkan sehat,” terangnya.
Menurut Tahmo, hal ini jelas sangat membantu untuk membangun kemandirian petani di desa, dan keseimbangan ekosistem juga akan tetap terjaga. Dirinya berharap kedepan bisa dikembangkankan di daerah lain, khususnya di wilayah Kabupaten Pangandaran. (Madlani/R3/HR-Online)