Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Akibat kerusakan hutan, debit air di sejumlah sungai di wilayah Kecamatan Langkaplancar dan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, kini menyusut hingga 80 persen.
Seperti debit air di Sungai Cimandala dan Sungai Cigugur. Kedua sungai yang melintasi dua kecamatan itu saat ini sudah sangat memprihatinkan, padahal airnya biasa dimanfaatkan ribuan masyarakat di dua kecamatan.
Aktivis Lingkungan Hidup Kabupaten Pangandaran, Daru Taqiq, mengatakan, semakin berkurangnya debit air di sejumlah sungai dikarenakan hampir sebagian besar hutan di wilayah Langkaplancar dan Cigugur kondisinya sudah rusak parah.
“Kemarau tahun ini belum dibilang lama karena baru sekitar 4,5 bulan saja. Namun, karena hutan yang menjadi resapan airnya sudah rusak, masyarakat yang kena dampaknya, yakni kekurangan air bersih. Siapa yang bertanggung jawab dengan kejadian ini, bagaimana nasib anak cucu kita nanti, jika sekarang saja kita sudah merasakan krisis air. Coba bayangkan 5-10 tahun kedepan,” tandasnya, Selasa (28/08/2018).
Dengan kejadian seperti sekarang ini, Daru Taqiq berharap masyarakat sadar akan pentingnya memelihara hutan, dan pihak pemerintah segera melakukan penataan kembali atas kerusakan hutan, terutama di wilayah hulu sungai. Sebab, jika pemerintah tidak sesegera mungkin melakukan penataan kembali, maka tahun depan kejadian ini akan terulang kembali.
Dia juga menyebutkan, dulu, meski kemarau lebih lama tapi sungai-sungai tersebut tidak sampai kekeringan seperti sekarang. Itu sebagai bukti bahwa kondisi hutan atau alam kita sudah rusak.
“Sekarang tambak tambak ikan, sawah milik petani kering dan tak bisa digarap. Saya meminta kepada seluruh masyarakat Langkaplancar dan Cigugur untuk segera melakukan penghijauan kembali hutan-hutan yang gundul. Jika tidak ada program pemerintah, ayo kita lakukan penanaman pohon, terutama di daerah-daerah resapan air dengan cara swadaya,” pungkasnya. (Cenk/R3/Koran-HR)