Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Sanghyang Jaran adalah salah satu tarian sakral dari Pulau Bali, ikut memeriahkan acara pagelaran seni budaya Nyiar Lumar di Lapangan Situs Astana Gede, Kawali, Kabupaten Ciamis, hari Sabtu (28/07/2018) malam.
Putu Ipan, ketua rombongan dari Bali, menjelaskan, Sanghyang Jaran merupakan jenis teater tradisi Bali yang disuguhkan dalam bentuk tari yang bersifat religius. Tarian ini berfungsi sebagi penolak bala.
“Di Bali tidak hanya sekedar tontonan, akan tetapi merupakan tarian atau kerauhan, karena kemasukan hyang roh, bisa bidadari dari kahyangan atau binatang yang memiliki kekuatan. Sanghyang Jaran sebagai salah satu warisan budaya yang ada di Bali dan tetap dipertahankan hingga populer di tingkat internasional,” terangnya.
Putu juga menjelaskan, pada tarian Sanghyang Jaran ini ada komunikasi spiritual antara masyarakat dengan alam gaib. Dimana tarian ini meliputi tiga unsur penting yaitu, adanya asap atau api, gending sanghyang dan orang.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis, Max Sopyan, melalui Kasi. Pembinaaan Kesenian, Eman Hermansyah, mengatakan, kesenian adalah identitas yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah daerah karena lahir dari proses panjang kebudayaan, lingkungan, alam serta masyarakat, sehingga menjadi satu kesatuan yang melahirkan satu bentuk kesenian.
Banyaknya masyarkat Bali yang hadir pada acara Nyiar Lumar karena masyarakat Bali telah mengakui bahwa leluhurnya berasal dari Tatar Galuh Ciamis. Hal itu dibuktikan dengan adanya patilasan peninggalan Kerajaan Sunda Galuh pada abad 13 di Cagar Budaya Astana Gede.
“Jadi, datangnya masyarakat Bali pada acara Nyiar Lumar jelas dapat menambah publikasi dinasti budaya di Tatar Galuh Ciamis,” kata Eman, kepada Koran HR, melalui pesan singkat di handphone.
Sementara itu, ketua penyelenggara Nyiar Lumar, Didon, menjelaskan, Nyiar Lumar adalah peristiwa kesenian yang bersipat universal, sehingga semua bentuk ekspresi kesenian bisa berekspresi, berinteraksi dengan masyarakat, dan harmoni dengan alam.
“Kesenian yang tampil pada acara Nyiar Lumar tidak dibatasi oleh sekat tradisi dan kedaerahan, bentuk atau ungkapan. Nyiar Lumar merupakan salah satu event bernuansa tradisi yang dinantikan para pecinta dan pemerhati seni budaya. Sehingga, para budayawan dari berbagi daerah, termasuk dari Bali, hadir dalam acara ini,” terangnya.
Lebih lanjut Didon mengatakan, Nyiar Lumar sifatnya kolektif, tak hanya menjadi peristiwa seni, tapi juga peristiwa sosial yang secara langsung melibatkan masyarakat sekitarnya. Sehingga ada interaksi dalam bentuk aktivitas ekonomi.
Tujuan digelarnya acara tersebut tiada lain agar tetap menghargai dan mensyukuri atas kekayaan seni. Nyiar Lumar sebagai bentuk dari kesadaran bahwa alam dan seni tidak dapat dipisahkan.
“Di sisi lain, tujuan Nyiar Lumar yaitu untuk menanamkan kesadaran dan kecintaan terhadap sejarah melalui kegiatan kesenian dan kebudayaan, sehingga tradisi yang ada bisa tetap terjaga,” tandasnya. (Dji/R3/Koran-HR)