Berita Banjar (harapanrakyat.com),- Puluhan pegiat literasi yang terdiri dari guru dan siswa, menggelar diskusi dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2018, di kawasan Taman Kota Banjar, Minggu (22/07/2018). Kegiatan yang berlangsung sederhana itu bertajuk Anak Banjar Pintar, Anak Indonesia Juara, dan dihadiri oleh Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kota Banjar.
Pengurus Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK), yang juga guru di SMAN 3 Banjar, Ivan Mahendrawanto, mengatakan, dalam konteks pendidikan anak saat ini perlu adanya perhatian khusus pihak orang tuanya dari hal-hal yang dapat mengganggu masa depan. Apalagi dengan adanya arus informasi yang begitu cepat melalui internet sangat sulit dibendung.
“Jika yang diterima anak-anak itu baik, tak menjadi persoalan. Yang jadi pemikiran adalah ketika hal-hal negatif dikonsumsi oleh anak-anak kita, sudah tentu itu sangat mengkhawatirkan,” tutur Ivan, kepada Koran HR, usai kegiatan diskusi.
Atas kondisi tersebut, lanjut Ivan, anak-anak harus lebih hati-hati dan lebih selektif dalam mendapatkan informasi, terutama yang diterima melalui internet. Pasalnya, konten negatif, berita hoaks maupun ujaran kebencian, sangat tidak sesuai dengan masa depan anak-anak dan perlu adanya pengawasan dari orang tua serta lingkungan.
“Internet memang ada manfaatnya, tapi juga ada sisi mudhorotnya. Karena itu, kita harus bijak menggunakan dan memanfaatkannya. Melalui momen HAN ini, kita harus melakukan refleksi dan mengisinya dengan kegiatan yang positif, guna membangkitkan semangat anak-anak Indonesia, terutama pelajar di Banjar agar lebih giat belajar, lebih kreatif, dan inovatif,” tandas Ivan.
Senada diungkapkan Sofian Munawar, Pendiri Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK) Banjar. Menurutnya, keberadaan internet menjadi tantangan tersendiri bagi para pegiat literasi. Sebab, segala informasi begitu mudah diakses oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Berbeda dengan buku yang menjadi sumber pengetahuan yang bisa didapat di lingkungan sekolah, perpustakaan, maupun sengaja membelinya di toko buku.
“Makanya kita sebagai pegiat literasi tidak bisa menolak kemajuan zaman, dan juga tidak bisa meninggalkan tradisi literasi melalui baca buku. Untuk itu tugas kita terus mengajak anak-anak, pelajar maupun masyarakat untuk menggunakan internet secara cerdas, dan terus mengembangkan tradisi literasi di berbagai kesempatan,” katanya.
Peringatan HAN kali ini menjadi momen tersendiri bagi para pegiat literasi maupun semua elemen yang ada di Kota Banjar, untuk memperhatikan anak-anak, khususnya soal pengembangan ke arah positif guna meraih masa depan yang lebih cerah melalui budaya literasi.
“Saya yakin, ketika budaya literasi di Banjar berkembang dengan baik, maka akan berdampak baik pula bagi pembangunan daerah. Anak-anak sebagai asset masa depan sudah sepatutnya mendapatkan perhatian khusus agar ke depannya sesuai harapan kita,” ungkap Sofian.
Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinsos P3A Kota Banjar, Sulistianingsih, menegaskan, sesuai Konvensi PBB tahun 1989, ada sepuluh hak yang harus dipenuhi oleh orang tua.
Dari sepuluh hak tersebut diantaranya anak-anak memiliki hak untuk bermain, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan perlindungan, hak mendapatkan identitas, serta hak mendapatkan status kebangsaan.
Selain itu, lanjut Sulitianingsih, anak-anak berhak mendapatkan makanan, mendapatkan hak akses kesehatan, hak mendapatkan rekreasi, hak mendapatkan kesamaan dan mendapatkan hak untuk berperan dalam pembangunan.
“Makanya bukan hanya anak-anak saja yang harus paham hak dan kewajibannya, akan tetapi orang tua juga harus tahu hak anak-anaknya. Tentunya ini semua demi masa depan yang lebih baik,” jelasnya. (Muhafid/Koran-HR)