Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Akibat kemarau yang melanda wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya sejak 2 bulan terakhir, warga di Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran harus rela membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Yanto, salah satu warga Desa Bagolo, mengatakan, sumur yang merupakan sumber air di wilayahnya sejak kekeringan melanda tidak ada airnya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air, warga harus rela ke Desa Pamotan yang jaraknya puluhan kilometer.
“Saya terpaksa ke Desa Pamotan menggunakan mobil untuk membeli air. Di sini sumurnya kering. Maka dari itu, membeli air salah satu cara agar kebutuhan MCK dan lainnya bisa terpenuhi meskipun berat,” kata Yanto kepada Koran HR, Senin (23/07/2018).
Ditemui terpisah, Turminah, salah seorang pemilik sumber mata air di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, mengatakan, kondisi kekeringan yang berada di desa tetangganya tersebut menjadi berkah tersendiri. Pasalnya, air yang ia jual laku keras, bahkan warga rela antri.
“Saya jual air satu jerigen itu Rp. 500. Kalau wadahnya besar, tentu harganya di atasnya. Dalam sehari saya bisa mendapatkan uang hasil jual air sekitar Rp. 100 ribu hingga Rp. 150 ribu,” ungkapnya.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, dan Penanggulangan Bencana (DPKPB), Nana Ruhena, mengatakan, kekeringan di wilayah Pangandaran terjadi di dua wilayah, yakni Desa Bagolo dan Desa Parakanmanggu Parigi.
“Kita juga kirimkan air bersih ke lokasi yang terdampak kekeringan menggunakan satu unit mobil tangki milik Pemerintah Provinsi Jabar, itu pun pinjam,” kata Nana.
Lantaran mobilnya hanya satu unit, lanjut Nana, maka pihaknya dalam pendistribusian air hanya dalam 3 hari sekali.
“Dari sungai ke pemukiman ke rumah warga jaraknya sekitar satu kilometer. Makanya kita harus bolak-balik sampai semua kebutuhan air warga terpenuhi,” pungkasnya. (Ntang/Koran HR)