Berita Ciamis (harapanrakyat.com),- Kabupaten Ciamis merupakan wilayah dengan pertanian sebagai salah satu sektor utama penyumbang roda perekonomian masyarakat. Kabupaten Ciamis memiliki luas lahan pertanian yang terdiri dari lahan sawah sekitar 35.597,15 hektar dan lahan kering 107.790,29 hektar.
“Sektor pertanian, perikanan dan kehutanan memberikan kontribusi cukup dominan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Ciamis, yaitu 25,42 persen,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Ciamis, Ir. Hj. Kustini MP., ketika ditemui Koran HR, Senin (21/05/2018).
Kustini menjelaskan, DPKP merupakan unsur pelaksana sebagian urusan pemerintahan di bidang pertanian dan pangan. DPKP memiliki fungsi pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan urusan pertanian dan pangan. Urusan tersebut dilaksanakan oleh bidang tanaman pangan, sarana dan prasarana, hortikultura dan perkebunan, penyuluhan dan ketahanan pangan.
“Semua program dan kegiatan yang ada di DPKP merupakan penjabaran dari visi kami, yakni Terwujudnya Pertanian yang Maju Berkualitas menuju Ketahanan Pangan Masyarakat Tahun 2019,” katanya.
Lebih lanjut, Kustini menegaskan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu urusan wajib yang diamanatkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2012. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, produktif secara berkelanjutan.
Menurut Kustini, pembangunan ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat dengan sasaran peningkatan kemampuan produksi dan kecukupan penyediaan pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beranekaragam, dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi konsumsi masyarakat dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pangan di pasar dalam dan luar negeri.
“Keberhasilan program peningkatan ketahanan pangan tercermin dari tiga sub sistem, yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan,” tandasnya.
Lebih lanjut, Kustini mengungkapkan, produksi beras di Kabupaten Ciamis mengalami surplus rata-rata 177.104,11 ton dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Dan sesuai dengan program pemerintah pusat, produksi jagung dan kedelai juga menjadi prioritas utama. Dari tahun 2014-2017, Kabupaten Ciamis mencapai rata-rata produksi jagung yaitu 26.423 ton dan kedelai sebesar 2.596,25 ton.
Selain padi, Kustini menyebutkan, komoditas unggulan Kabupaten Ciamis di sektor pertanian salah satunya adalah cabai merah dengan produksi tahun 2017 sebanyak 3.606,20 ton. Dari produksi tersebut masih surplus sebesar 1.872,21 ton yang sebagian dipasok keluar wilayah Ciamis, diantaranya ke Jakarta, Bandung, dan Bekasi.
“Dan dalam rangka peningkatan produksi komoditas hortikultura, telah dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu pemberian bantuan benih dan sarana produksi budidaya cabai merah dan cabai rawit kepada masyarakat,” katanya.
Selain itu, kata Kustini, komoditas perkebunan yang menjadi unggulan di Kabupaten Ciamis yaitu komoditas kelapa dan kopi. Hasil olahan komoditas perkebunan mulai diperkenalkan dalam even-even pameran seperti olahan kopi dan kelapa sebagai upaya promosi produk lokal keluar wilayah Ciamis.
Menurut Kustini, ketersediaan pangan di Kabupaten Ciamis mencakup aspek produksi, juga didukung dengan adanya program kegiatan cadangan pangan dan pengembangan lumbung pangan masyarakat. Dan saat ini, lumbung pangan yang ada di Kabupaten Ciamis mencapai 221 kelompok.
Disamping itu, ketersediaan pangan juga didukung dengan adanya usaha peningkatan produktifitas komoditas pangan pokok, terutama produksi padi, jagung dan kedelai melalui fasilitasi benih, subsidi pupuk melalui kartu tani, bantuan alat mesin pertanian berupa traktor, transplanter, pompa air dan combine harvester untuk memudahkan proses panen.
“Sampai saat ini, bantuan traktor yang telah disalurkan kepada petani dari tahun 2014 sampai 2017 sebanyak 637 unit dan pompa air sebanyak 580 unit,” katanya.
Senada dengan itu, Sekretaris DPKP, Ir. Lilis Widaningsih, ketika ditemui Koran HR, Senin (21/05/2018), menambahkan, keberhasilan program pertanian di Kabupaten Ciamis tidak terlepas dari peran penyuluh sebagai pendamping pelaksanaan kegiatan usaha tani di masyarakat.
“Jumlah penyuluh yang ada sebanyak 84 orang PNS dan 104 orang (non PNS), telah berkontribusi banyak dalam upaya mendukung keberhasilan program pertanian di Kabupaten Ciamis,” katanya.
Terkait implementasi kegiatan sub sistem distribusi, Lilis menuturkan, kegiatan itu terealisasi dalam program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI). Tujuan kegiatan PUPM melalui TTI yaitu mendukung stabilisasi pasokan dan harga, serta memberikan kemudahan akses masyarakat terhadap bahan pangan pokok dan strategis yang berkualitas dengan harga yang wajar.
“Kegiatan PUPM di Kabupaten Ciamis tersebar di 8 kecamatan yang dilaksanakan oleh 9 Gapoktan, yang terdiri dari kelompok LUPM beras dan 2 kelompok LUPM cabai,” katanya.
Selanjutnya, kata Lilis, terkait sub sistem konsumsi pangan indikator keberhasilannya dicerminkan melalui skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pola konsumsi pangan merupakan gambaran penduduk suatu wilayah dalam mengonsumsi jenis-jenis pangan pada kelompok pangan tertentu. Semakin tinggi skor mutu pangan (skor PPH ideal sebesar 100 persen), menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya semakin baik.
Dan skor PPH Kabupaten Ciamis berdasarkan analisis data Susenas tahun 2017 mencapai angka 89,8 persen. Artinya, capaian angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari skor PPH tahun sebelumnya yang hanya mencapai 76,7 persen.
“Skor PPH Kabupaten Ciamis ini berada pada tingkat ketiga teratas dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Barat, urutan pertama Indramayu dan urutan kedua Pangandaran,” katanya.
Lebih lanjut, Lilis menjelaskan bahwa hal itu menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Kabupaten Ciamis sudah mulai beragam. Pola konsumsi pangan yang berasal dari kelompok padi-padian sudah memenuhi bahkan melebihi konsumsi ideal. Walaupun, masih ada konsumsi beberapa kelompok bahan pangan yang belum memenuhi ideal seperti konsumsi umbi-umbian, sayur buah, kacang-kacangan dan protein hewani, sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk peningkatan konsumsi kelompok tersebut.
“Namun dari aspek ketersediaan, secara keseluruhan sudah melebihi standar yang ditetapkan,” tandasnya.
Lilis menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan konsumsi pangan yaitu melalui program optimalisasi pemanfaatan pekarangan atau melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan pekarangan dengan komoditas sayur, buah, ternak kecil, dan umbi-umbian untuk dijadikan sumber pangan alternatif sebagai sumber asupan gizi yang berbasis pangan lokal.
“Di kabupaten Ciamis sudah ada sekitar 43 kelompok wanita tani (KWT) pelaksana kegiatan KRPL. Dengan kegiatan KRPL juga diharapkan dapat meningkatkan taraf perekonomian keluarga karena memberikan pemasukan atau pendapatan,” katanya.
Selain itu, kata Lilis, juga terus dilakukan upaya promosi dan advokasi mengenai konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) melalui pameran produk pangan lokal, lomba cipta menu B2SA, penggunaan kudapan/ snack pangan lokal dalam acara rapat/ pertemuan dan memperkenalkan produk pangan lokal kepada generasi muda.
Upaya-upaya yang dilakukan DPKP Kabupaten Ciamis itu untuk mempertahankan dan meningkatkan ketahanan pangan yang berkelanjutan melalui berbagai kegiatan yang mendukung peningkatan produktifitas, percepatan luas tambah tanam, fasilitasi sarana produksi pertanian, penganekaragaman konsumsi pangan dan pendekatan program kepada masyarakat melalui penyuluh pertanian, serta melaksanakan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait.
Di tempat terpisah, Pengurus KWT Binasari, Desa Bendasari, Kecamatan Sadananya, Uun Nurjanah, ketika dimintai tanggapan, Selasa (22/05/2018), menuturkan bahwa program pemanfaatan pekarangan rumah sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan, khususnya pada skala rumah tangga, sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Uun, melalui program KRPL ini, masyarakat dapat memproduksi langsung bahan pangan alternatif dan sayuran. Program KRPL ini juga mampu menekan pengeluaran keluarga terhadap kebutuhan pangan sehari-hari.
“Kami bisa memanfaatkan pekarangan rumah untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan, berbagai jenis tanaman dapat kami tanam, diantaranya seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan berbagai komoditas lainnya. Progam ini juga dapat membantu kami dalam meningkatkan dan mencukupi kebutuhan gizi keluarga,” katanya.
Menurut Uun, KRPL sangat membantu ketahanan pangan keluarga, terutama pada saat harga cabai melambung tinggi. Seandainya setiap rumah tangga menanam cabai di pot atau polibag, maka kebutuhan keluarga sudah bisa terpenuhi, bahkan sisanya bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
“Untuk itu, kami (KWT Binasari) terus gencar menyosialisasikan program KRPL kepada masyarakat yang ada di lingkungan. Kedepan kami berharap, melalui KRPL kebutuhan pangan terutama untuk rumah tangga dapat terpenuhi,” katanya. (***)