Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Setelah mendapatkan sentuhan dan fasilitasi peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai pelatihan, UMKM di Kota Banjar harus mampu menciptakan produk berdaya saing dan memunculkan ciri khas lokalnya. Pasalnya, hingga saat ini belum ada sebuah produk makanan khas yang bisa menjadi ciri Kota Banjar.
Hal itu dikatakan (Sekretaris Daerah) Sekda Kota Banjar, Ade Setiana, saat membuka dua kegiatan pelatihan. Yakni Hukum Bisnis dan Teknis Substantif Makanan Olahan, yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Jabar melalui DKUMKMP Kota Banjar, dan diikuti 30 UMKM, bertempat di RM. Bu Joko, Rabu (02/05/2018).
“Secara pribadi saya nilai sampai sekarang ini belum ada sebuah produk yang dapat menjadikannya ciri khas maupun menjadi oleh-oleh khas Kota Banjar. Ini harus kita akui dan menjadi PR bersama,” tandasnya.
Jika melihat beberapa daerah lain, khususnya di Jawa Barat, lanjut Ade Setiana, hal itu dapat dengan mudah dijumpai oleh-oleh ciri khas daerahnya. Sebut saja di Kabupaten Kuningan dengan makanan ciri khasnya Tape yang dikemas dalam ember.
Makanan olahan seperti itu membuat pengunjung dan pengendara yang melintasi daerah tersebut seakan penasaran, sehingga membelinya. Padahal tak begitu istimewa, tapi pada kenyataannya bikin penasaran bila tak mencoba membeli produk khas Kuningan itu.
“Untuk itu, kiranya UKM Kota Banjar harus terus bersiap agar mampu bersaing dan berkreasi menciptakan produk-produk sesuai permintaan pasar. Sehingga nantinya diharapkan produk yang dihasilkan di Kota Banjar mampu berdaya saing global,” katanya.
Baca Juga: Abon Rajawali Ibu Iloh Ciamis Punya Cita Rasa Khas Sejak 1968
Produk UMKM Banjar Berpotensi Jadi Ciri Khas
Menurut Ade Setiana, sebenarnya sudah banyak produk lokal Kota Banjar yang berpotensi jadi makanan khas. Namun, kondisi dan kenyataan yang ada dianggap belum cukup mampu diakui oleh daerah lain.
Seperti halnya Ranginang Coklat (Rangicok), produk ini belum bisa disebut produk khas Banjar. Meski begitu, pihaknya sangat mengapresiasi kepada pelaku UKM yang sudah kreatif dan mau berinovasi.
Ia juga menilai, kontiunitas produksi makanan menjadi kendala dalam industri ini. Akibatnya, sampai saat ini Kota Banjar masih belum memiliki makanan khas yang sebagai oleh-oleh andalan bagi pelancong dari daerah lain.
“Kontiunitas produksinya di sini masih rendah. Saat butuh produk dalam skala besar, seringkali tak dapat memenuhinya. Ya, tentu produk makanan olahan lokal di sini belum dapat bersaing sepenuhnya,” ujar Ade Setiana.
Tak bisa dipungkiri, kendala yang dihadapi pelaku UKM makanan dalam menjaga kontiunitas produknya akibat beragam hal. Baik sisi permodalan yang minim, keterbatasan tenaga kerja, hingga belum terciptanya kolektivitas antara pelaku usaha yang satu dengan yang lain.
Baca Juga: Cemilan Khas Bandung Ini Dimasaknya Nyaris Tanpa Minyak
Karena, jika sudah terbangun kolektivitas antara pelaku usaha, mereka bisa saling membantu manakala datang permintaan produk dalam jumlah besar. Begitu pun penting dibangun sinergitas dan dorongan dari lembaga-lembaga berkompeten.
Sekda Kota Banjar ini berharap, dengan pemberian pelatihan dari pemerintah provinsi ini, UMKM Kota Banjar dapat memperoleh pengetahuan mengenai kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan, dan kegiatan dalam lingkup usaha atau bisnis.
Begitu pula melalui pelatihan teknis substantif, pihaknya berharap peserta mampu meningkatkan upgrading skill atau keterampilan dalam membuat sebuah produk. Sehingga, UMKM tidak akan ketinggalan dengan kondisi kekinian.
Harus Berbenah Hadapi Pasar Global
Sementara itu, Kasi Penyelenggaraan Pelatihan Balatkop pada Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jabar, Hetty Susilawati, menyebutkan, keberadaan UMKM di wilayah Jawa Barat. Tak terkecuali Kota Banjar, saat ini harus terus berbenah guna menghadapi pasar global yang semakin terbuka.
Untuk itu, butuh kreatifitas dan inovasi melalui dukungan peningkatan SDM. Juga pentingnya penelitian dan pengembangan. Serta perlu adanya kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis.
Hal ini harus terbentuk di setiap daerah lembaga sinergitas ABCGM (Akademisi-Business-Communitas-Goverment-Media), sebagaimana yang sedang dikembangkan di Jawa Barat saat ini.
Lembaga yang ada itu harus bisa memadukan sinergitas dan peranannya agar dapat bersatu padu, berperan aktif, dan memberikan kontribusi positif untuk kemajuan UMKM ke depannya. Intinya, produk setiap daerah memiliki potensi bilamana dikelola dengan baik, dan difasilitasi sentra oleh-oleh khas Kota Banjar.
“Insyaallah, potensi yang ada bisa menjadi buah tangan dan bisa segera melekat menjadi identitas oleh-oleh khas Kota Banjar,” kata Hetty.
Peserta Pelatihan Hukum Bisnis 30 UMKM, bertempat di RM. Bu Joko. Sedangkan, untuk peserta pelatihan Teknis Substantif Makanan Olahan sebanyak 30 UMKM. Tempatnya di LPK Netjes, yang digelar selama tiga hari, Rabu-Jumat (02-04/05/2018). (Nanks/Koran HR)