Berita Kesehatan, (harapanrakyat.com),- Salah satu menu andalan buka puasa adalah kolak. Biasanya setelah membatalkan puasa dengan air putih, kemudian dilanjutkan dengan makan kolak yang disajikan hangat atau dingin.
Namun, pernahkah Anda memikirkan awal mula kehadiran kolak sebagai menu buka puasa di bulan Ramadhan? Sepertinya cerita kolak yang seolah-olah wajib jadi menu berbuka sangatlah menarik.
Dikutip dari HealthLiputan6.com, Minggu (20/05/2018), kolak sebenarnya berasal dari kata Khalik, yang artinya Sang Pencipta Langit dan Bumi, Allah SWT. Dalam hal ini kolak diartikan dengan maksud mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa, Allah SWT.
Dulu, pada awal penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, biasanya para ulama menggunakan cara sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat setempat. Kolak sebagai makanan yang punya citarasa manis sering digunakan sebagai media dalam menyebarkan ajaran agama Islam.
Adapun bahan-bahan yang dipakai untuk membuat kolak seperti pisang dan ubi, ternyata menyimpan makna serta memiliki pengaruh juga dalam penyebaran Islam kala itu. Seperti halnya pisang kepok yang diplesetkan menjadi kapok punya makna supaya yang memakannya bisa kapok, sehingga harus bertaubat untuk kembali ke jalan yang diridhoi Allah.
Sedangkan, ubi yang biasa disebut “ketelo pendem” oleh masyarakat Jawa Tengah, atau ketela yang terpendam, memiliki makna bahwa setiap individu harus mengubur kesalahan yang pernah diperbuat dalam kehidupannya.
Sebetulnya, kolak di masa lalu selalu disajikan mulai dari bulan Sya’ban atau satu bulan sebelum memasuki Ramadhan. Tapi, kebisaan itu berlanjut hingga memasuki bulan puasa dan dijadikan sebagai menu takjil yang populer sampai sekarang.
Selain pisang dan ubi, modifikasi kolak saat ini sudah banyak ditemui. Mulai dari menggabungkan pacar cina, tapai singkong serta kolang kaling atau ubi yang diolah menjadi biji salak, yakni ubi dicampur tepung tapioka yang dibentuk hingga menyerupai biji buah salak. Kemudian, dihidangkan memakai campuran kuah santan. (Eva/R3/HR-Online)