Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Pembudidaya benih ikan gurame di Kabupaten Pangandaran merugi puluhan juta rupiah. Bahkan, mereka enggan melakukan budidaya gurame sejak tahun 2014 lalu. Pasalnya, budidaya ikan gurame yang dilakukan oleh mereka selalu gagal lantaran diduga terserang virus.
Upaya para pembudidaya pun terus dilakukan melalui dari mulai pembinaan tim balai karantina dengan pemberian vaksin, namun gagal. Ironisnya, belum ada lagi penanganan serius agar para petani ikan tersebut bisa kembali aktivitas budidaya gurame. Selain itu, penelitian dari Mahasiswa Unpad juga belum membuahkan hasil.
Salah seorang petani budidaya benih ikan gurame asal Dusun Bantarkawung, RT 02 RW 07, Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Holil (32), mengatakan, dirinya sejak 2014 lalu terus mengalami kerugian setelah benih ikan gurame miliknya itu terserang virus dan mati semua.
“Setiap kali saya menyimpan benih gurame di kolam yang baru usia 2-3 bulan, itu pasti pada mati dan itu terus berulang kali dan belum pernah panen lagi. Otomatis kerugian terus menerus dialami oleh petani, khususnya di kelompok kami,” jelas Holil kepada Koran HR beberapa waktu lalu.
Padahal, lanjut Holil, dengan pembenihan ikan gurame cukup menjanjikan. Pasalnya, untuk ukuran biji oyong dihargai sebesar Rp. 200 per ekor, ukuran jari seharga Rp. 500 per ekor, dan untuk ukuran 3 jari seharga Rp. 4000 per ekor dengan masa pemeliharaan sekitar 4-5 bulan.
“Sejak 2014 saya selalu merugi, apalagi setiap masa tanam benih mencapai Rp. 60 juta. Dugaan serangan virus ini kami harap segera diselesaikan dan ditangani serius oleh pemerintah ataupun akademisi,” imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, prestasi kelompok tani ikan milik Holil tersebut mendapatkan peringkat 1 tingkat provinsi pada tahun 2014 dan mendapatkan piaka Adibakti Mina Bahari atau bidang budidaya benih ikan dan juara 2 Adibakti Mina Bahari tingkat nasional pada tahun 2015. (Mad/Koran HR)