Petani di Banjar saat memanen padi di sawah. Foto: Dokumen HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Meski sudah memasuki panen raya bulan Maret 2018 ini, harga gabah di wilayah Kecamatan Langensari sebagai lumbung padinya Kota Banjar, mulai mengalami penurunan. Harga gabah anjlok dikisaran antara Rp.450.000-Rp.480.000 per kwintal dari harga gabah kering panen (GKP) pada Januari lalu, yakni Rp.700.000 sampai Rp.750.000 per kwintal.
Anjloknya harga gabah membuat para petani mengeluh, karena mereka tak bisa menikmati keuntungan dari hasil kerja kerasnya. Seperti diungkapkan Udin, petani asal Desa Waringinsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, bahwa harga jual gabah yang rendah bisa membuat petani merugi.
“Saat ini gabah melimpah tapi harganya anjlok. Oleh tengkulak atau pabrik heuler dibeli antara 450 ribu rupiah sampai 480 ribu rupiah per kwintalnya. Terus terang kami tak bisa menikmati harga jual tinggi,” keluhnya, Senin (05/03/2018).
Menurut Udin, dengan harga jual sebesar itu tentu petani merugi. Terlebih hasil panen sekarang kurang maksimal karena adanya peristiwa angin puting beliung yang mengakibatkan tanaman padi roboh. Atas kondisi tersebut, dirinya berharap paling tidak gabahnya bisa terjual tidak kurang dari Rp.500.000 per kwintal.
“Ya dengan harga jual gabah 500 ribu rupiah per kwintal cukuplah, dan kami tak begitu merugi. Kami pun tak ingin terlalu mahal, sebab jika dibeli mahal pun seperti halnya saat sebelum panen, imbasnya takut harga beras tetap tinggi di pasaran. Kasihan juga nantinya warga lain,” kata Udin.
Maslah, petani lainnya, warga Desa Langensari, menyebutkan, sudah menjadi sebuah kebiasaan ketika musim panen tiba harga gabah anjlok. Meskipun dirinya belum menjual gabah hasil panennya, namun sudah bisa diprediksi harga jualnya pasti turun.
“Memang beginilah nasib petani. Waktunya meraup keuntungan tapi akhirnya pendapatan dari hasil menjual gabah malah pas-pasan, sehingga tidak bisa memenuhi target,” ujarnya.
Atas kondisi ini, Maslah berharap pemerintah melalui dinas terkaitnya bisa memantau langsung ke lapangan, supaya tidak ada sebuah permainan dalam pembelian harga gabah yang dilakukan oleh para agen-agen atau mitra Bulog di lapangan.
Artinya, lanjut Maslah, pemerintah lebih pro aktif dalam mementukan harga beli gabah, agar para petani di Kota Banjar lebih sejahtera dan mampu mendongkrak perekonomian, juga mampu menopang peningkatan daya beli masyarakat.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tunas Mekar Jaya Desa Rejasari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Suparman, menambahkan, saat sebelum panen beberapa bulan lalu, petani ada yang merasa senang karena bisa menjual gabahnya hingga mencapi Rp.700.000 per kwintal. Namun, saat ini justru berbalik lantaran harga jual gabahnya anjlok.
“Per hari ini, harga jual gabah 490 ribu rupiah per kwintal. Mudah-mudahan harganya tidak turun terus. Jika terjadi turun lagi, petani tentu akan sangat kecewa karena panen sudah ditunggu sekitar 4 bulan,” kata Suparman. (Nanks/Koran HR)